Saturday, April 03, 2010

SeMoGa MaSiH Ada WakTu TeRsiSa...


Suatu pagi di akhir pekan, seorang gadis sebutlah Risa berencana akan memasak. Seperti biasa setiap akhir minggu ketika tidak ada kegiatan lain, maka Risa selalu menyempatkan diri untuk masak di kosannya. Selain untuk mengobati kebosanan lidahnya terhadap ”rasa” masakan warung juga untuk melatih kelihaian tangannya dalam meracik berbagai bumbu hingga menjadi suatu masakan yang ”enak” untuk dinikmati (baca:enak untuk lidah Risa tentu saja), maklum saat ini Risa masih dalam tahap belajar memasak, sehingga masih banyak hal yang harus terus dipelajari.

Pagi itu Risa memutuskan untuk masak sayur bening campur-campur yang isinya tauge, bayam dan wortel. Bayam, wortel dan bumbu-bumbu telah selesai dipotong-potong dan dicuci, selanjutnya yang tersisa adalah tauge. Tauge yang dibeli Risa ternyata memiliki akar yang cukup panjang dan sedikit bertanah, bukan tauge yang telah dibersihkan dan siap langsung dimasak, sehingga mau tidak mau terlebih dahulu Risa harus membuang akar-akar tauge tersebut agar bersih dan lebih enak dipandang. Lalu mulailah Risa membersihkan tauge itu dengan cara memotong bagian akar dari batang tauge yang imut-imut dan putih itu. Dan tentu saja hal itu harus dilakukan satu per satu, karena memang tidak bisa dibersihkan sekaligus. Baru sepuluh batang tauge yang dibersihkan Risa sudah mulai bosan, sementara masih ada setengah plastik lagi, hikkzszs.

Melihat masih begitu banyak jumlah tauge yang tersisa, Risa berfikir untuk tidak jadi mengikutsertakan tauge ke dalam sayur beningnya, ”apa lebih baik aku buang saja tauge ini yah?” fikir Risa sambil terus memandangi tauge-tauge itu karena di kosan Risa tidak ada lemari pendingin untuk menyimpan sayur dan lain-lainnya. Mau dilanjutkan bisa-bisa habis satu jam hanya untuk membuang akar-akar tauge ini, sementara Risa masih harus mengerjakan pekerjaan lainnya. Dalam hati Risa bergumam ”ternyata memasak itu butuh ketekunan dan kesabaran, yah seperti yang saat ini aku kerjakan”. Lama Risa berfikir bagaimana caranya agar dia bersemangat melanjutkan memotong akar-akar tauge tersebut agar bisa segera selesai.

Dalam perenungan itu Risa teringat akan satu cerita di suatu negeri tentang seorang nenek yang selalu tekun memunguti setiap helai daun yang telah jatuh dan berserakan di depan halaman sebuah masjid. Pekerjaan itu ia lakoni setiap hari dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada sang nenek: ”mengapa nenek begitu rajinnya memunguti helai demi helai dedaunan itu tanpa rasa lelah dan bosan sedikitpun?”, lalu nenek itu pun menjawab: ”karena dari setiap helai daun yang aku pungut aku iringi dengan mengucapkan istighfar sehingga tak terasa semua dedaunan itu telah habis aku bersihkan”.

Teringat cerita itu, kemudian Risa memutuskan untuk melanjutkan membersihkan akar-akar tauge sambil mengiringi pada setiap akar tauge yang dipotong dengan ucapan ”astaghfirullah”. ”Daripada fikiranku melayang kemana-mana lebih baik aku ucapkan istighfar dari setiap batang tauge yang aku bersihkan” fikir Risa saat itu. Dan tidak sampai setengah jam kemudian ternyata tinggal lima batang tauge yang terdapat di dalam plastik, dan dengan mengucap alhamdulillah akhirnya batang tauge terakhir pun terselesaikan dengan sempurna. Lalu dengan perasaan tenteram dan senang Risa pun bergegas melanjutkan untuk menyelesaikan memasak sayur bening miliknya.

Alangkah indah ya jika setiap nafas kehidupan kita selalu diiringi dengan mengingat-NYA, melalui media apapun jika kita mau maka insyaALLAH kita bisa. Tak perlu menunggu tua, tak perlu menunggu sakit, karena toh kita tak pernah tahu kapan sang waktu dunia akan tertutup untuk diri kita. Di atas semua itu manusia memang sering kali lupa, karenanya saling mengingatkan adalah hal yang paling bijaksana. Semoga masih ada waktu tersisa untuk kita, amiin.


24 comments:

  1. (maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
    Alangkah indahnya tatkala hati dan diri selalu teringat kepada ilahi....
    sebuah perenungan yang bisa menjadi inspirasi buat kita semua.

    ReplyDelete
  2. Risa sayang, ehm..
    zikir pada saat ngulek bumbu, ngebersihin tauge.. indah sekali.

    nanti pada saat menjadi seorang ibu, zikir pada saat memandikan anakmu, menyisir rambutnya, memasangkan baju.. hmm luar biasa.

    bener begitu Ri... ta?

    ReplyDelete
  3. subhanallah.... jarang sekali orang masak sambil mengingat Allah

    salam kenal mba,,,

    ReplyDelete
  4. Dan sering-sering mengucap syukur juga kan Mbak...agar hal itu mengingatkan kita agar tidak ada kekufuran dalam hati Insya Allah kita bukan termasuk hamba yang kufur Amien

    salam hangat

    ReplyDelete
  5. @alamendah
    monggo PERTAMA khusus buat alam:), iya mas semoga...

    @nakjaDimande
    iya Bund, semoga kita bisa belajar dari cerita Risa itu:)

    @hak1m
    loh kok salam kenal lagi Bu? bukannya kita udah kenalan yah hehehe...

    @Hariez
    iya mas Hariez, betul mas, manusia sering kali tuh lupa sama yg namanya bersyukur...

    @Dhila
    iya Dhil :)

    ReplyDelete
  6. setiap saat semoga kita selalu ingat kepadaNYA, karena setiap saat pula DIA selalu menyayangi kita

    ReplyDelete
  7. Luar biasa!
    Memang seyogyanya di keadaan, tempat, waktu yang manapun manusia harus senantiasa ingat pada Yang Maha Kuasa. Dengan demikian tentu kita akan selalu terjaga dari sombong, angkuh, iri dan teman-temannya.

    ReplyDelete
  8. mengingatNya pasti bisa dimana saja

    ReplyDelete
  9. Masih boleh silaturahmikan Mbak... sebagai obat kangen.

    ReplyDelete
  10. assalamualaikum mbak salam kenal dari saya

    ReplyDelete
  11. Salam kenal mbak. Tertarik ma postingnya.

    ReplyDelete
  12. di masa tua saya sekarang ini, Tuhan mengirimkan surat cintaNYA berupa uban di kepala. helai demi helai saya menghitungnya, ternyata banyak nian IA memberikan suratNYA.
    **saya kenal kok dengan Risa itu. banyaklah berlatih memasak nak, agar suami dan anak2mu kelak membacakan doa utkmu di setiap suap makanannya

    ReplyDelete
  13. Semoga kita mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian. Kisah yang apik untuk diingat dari orang yang menulis semoga selalu di beri kemudahan dan keberkahan dalam hidupnya.

    Salam kenal kemabali dari blog kamihttp://rumahsehatafiat.wordpress.com/

    ReplyDelete
  14. numpang celingak-celinguk mbak, setelah lama ndak mampir disini

    ReplyDelete
  15. Slalu ada waktu yang dengan sabar menunggu..
    menyisakannya pada rentang hidup yang takkan pernah habis..

    Benar adanya jika nafas yang mengalir pelan ini haruslah slalu menyimpan keberadaanNya..
    dan mentasbiskan asmaNya...
    hingga sang nafas sampai pada tujuan akhirnya.

    ReplyDelete
  16. blue datang jeung
    p cabar
    salam hangat dari blue

    ReplyDelete
  17. Subhanallah...mba semakin dewasa. Bisa memanfaatkan waktu masak sambil berdzikir. Dalam setiap helaan nafas ada dzikir...bisa ga ya aku?
    Btw akhir cerita ini bagaimana? Rasa sayurnya maksudnya...bisa dikirim ke Jogja?

    ReplyDelete
  18. Salam bahagia, ya...kita tidak usaha menunggu tua,atau sakit...memang kalau kita menyadari nya... hidup ini terasa Indah saya setuju sekali

    ReplyDelete
  19. Itu saya lakukan ketika terjebak macet setiap berangkat dan pulang kantor di Medan Merdeka Barat. Daripada menggerutu kan lebih baik untuk dzikir nduk.
    salam sang dari Surabaya

    ReplyDelete
  20. Lebih baik dzikir mengingat Allah daripada nggosip ya nduk.
    salam hangat dari surabaya

    ReplyDelete
  21. Alangkah indahnya jika dzikir itu diucapkan tiap waktu N kesempatan. Karna dzikir itu bukti kecintaan kita pada Allah swt. Semoga kita termasuk orang2 yang senantiasa berdzikir pada-Nya ya.. salam kenal mba rita.. ^_^

    ReplyDelete
  22. mba rita aku link ya blognya.. makasih..

    ReplyDelete

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin