Saturday, April 24, 2010

BeRhaTi-HaTi lah SeBeLuM MemBuka PinTu KaMaR…


Bila suatu saat anda sedang bepergian dan menginap di sebuah tempat tinggal yang dihuni bersama-sama seperti mess, yang di dalamnya biasanya terdiri atas kamar-kamar yang bentuk dan ukurannya sama, dan kita tidak diperkenankan untuk memegang kunci kamar tersebut. Maka berhati-hatilah setiap kali anda akan memasuki kamar, karena bila tidak maka bisa jadi suatu waktu anda akan tersesat ke kamar orang lain (read: salah kamar!!!).

Itulah salah satu pengalaman saya ketika kemarin tinggal di mess Perusahaan di Sengkuang Kalbar. Sebagian besar kamar tersebut tidak terkunci ketika penghuninya sedang ke kantor. Jadilah pada suatu siang ketika saya selesai makan dan hendak menuju kamar, dengan PeDe-nya saya membuka kamar bernomor x, padahal kamar saya masih satu pintu lagi. Untungnya saya langsung tersadar bahwa saya telah salah membuka pintu ketika melihat ruang di dalamnya berbeda dengan kamar tidur yang saya tempati. Dan untungnya lagi pada saat itu penghuni kamar itu sedang tidak berada di dalam kamar. “Selameeet” gumam saya dalam hati karena tidak ada orang yg melihat.

Namun tak disangka dan tak diduga hari berikutnya di waktu istirahat siang seorang cowok tiba-tiba membuka pintu kamar yang saya tempati, melihat keganjilan itu saya pun setengah berteriak “mama!!!”, lalu cowok itu pun kaget dan langsung tersadar bahwa saat itu dia telah salah membuka pintu kamar, dan sambil berlalu keluar dengan suara yang sangat menyesal dia meminta maaf padaku. Untungnya lagi pada saat itu saya masih memakai jilbab. Tahukah anda siapa cowok yg telah salah membuka pintu kamar yang saya tempati??, dia adalah penghuni kamar yg kemarin saya sempat tersesat juga, hihihihi jadi ketawa sendiri deh diriku.

Sejak saat itu setiap masuk kamar saya terlebih dahulu memeriksa nomor yang tertulis di pintu kamar, kemudian langung mengunci kamar dari dalam supaya terhindar dari kejadian salah buka pintu kamar!! :D, ono-ono wae…

Bagi anda yang sedang tinggal di mess tidak diperkenankan secara sengaja membuka pintu kamar yang bukan kamar anda, karena itu telitilah sebelum membuka pintu kamar! :P


Tuesday, April 06, 2010

KaNgeN SuaRa PaNggiLaN iTu...

Pagi ini adalah subuh ke dua aku jalani di pedalaman Kalimantan Barat. Ada satu hal yang aku sangat merasa kehilangan selama dua subuh yang telah aku lalui, juga pada saat-saat lain ketika akan memasuki waktu shalat...

Satu hal yang sangat aku kangeni itu di sini adalah suara adzan. Selama aku memasuki pedalaman Kalimantan Barat ini tepatnya di desa Sengkuang, Kecamatan Air Upas, kabupaten Ketapang Kalbar aku sudah tak pernah lagi mendengar suara adzan secara langsung. Ya jelas saja di sini aku tinggal di areal perkebunan kelapa sawit di tengah-tengah hutan, tak ada mushala apalagi masjid. Hal itu bisa dimaklumi karena penduduk muslim di sini sangat jarang.

Suara adzan itu ternyata benar-benar ngangeni ya. Biasanya di subuh hari suara adzan lah yang membangunkanku dari peraduan, siang hari suara itu pula yang mengingatkanku dari kesibukan dunia, hingga malam menjelang suara adzan itu memberikan pelajaran kepadaku bahwa begitu cepatnya waktu berlalu, siang beranjak pergi dan disusul dengan kehadiran layar malam penuh misteri.

Berbahagia dan bersyukurlah bila saat ini diantara kita masih bisa setiap waktu ketika akan shalat mendengar merdu dan indahnya suara panggilan itu, dan itu adalah sebuah anugerah yang ALLAH berikan kepada kita sebab tidak semua orang bisa merasakan nikmat itu setiap saat seperti aku saat ini. Dan menurutku salah satu cara kita mensyukurinya yaitu dengan segera memenuhi panggilan itu ketika ia telah memanggil. Semoga kita semua bisa mensyukurinya, amiin...

===========================================================
NoTes:
Tulisan ini dipublish di tengah-tengah lemotnya koneksi, ya maklum saja tempat yang aku kunjungi ini berada dalam dekapan hutan belantara. Oya mau pamer dulu sedikit, perjalanan aku ke Sengkuang ini selain ditemani AQ-nul Karim dan kertas kerja, juga ada sebuah buku yang sengaja aku bawa tuk menemani yaitu sebuah Buku NH Dini ”La BaRka”. Buku itu berasal dari salah seorang blogger tangguh di zaman ini yaitu Pak guskar dengan padeblogan nya yang selalu ramai dengan tulisan2 yang bermutu. Terima kasih sangat Pak Gus, bukunya langsung jalan-jalan ke Kalbar nih:).

Oya aku juga minta maaf, di sini aku kesulitan untuk ngeblog dan BW ke tempat kawan2, maklum deadline ketat dan koneksi lemot hehehe...Mohon doa nya ya temans...makasih sudah berkenan tuk mampir ke blog ku yg sederhana ini...


Saturday, April 03, 2010

SeMoGa MaSiH Ada WakTu TeRsiSa...


Suatu pagi di akhir pekan, seorang gadis sebutlah Risa berencana akan memasak. Seperti biasa setiap akhir minggu ketika tidak ada kegiatan lain, maka Risa selalu menyempatkan diri untuk masak di kosannya. Selain untuk mengobati kebosanan lidahnya terhadap ”rasa” masakan warung juga untuk melatih kelihaian tangannya dalam meracik berbagai bumbu hingga menjadi suatu masakan yang ”enak” untuk dinikmati (baca:enak untuk lidah Risa tentu saja), maklum saat ini Risa masih dalam tahap belajar memasak, sehingga masih banyak hal yang harus terus dipelajari.

Pagi itu Risa memutuskan untuk masak sayur bening campur-campur yang isinya tauge, bayam dan wortel. Bayam, wortel dan bumbu-bumbu telah selesai dipotong-potong dan dicuci, selanjutnya yang tersisa adalah tauge. Tauge yang dibeli Risa ternyata memiliki akar yang cukup panjang dan sedikit bertanah, bukan tauge yang telah dibersihkan dan siap langsung dimasak, sehingga mau tidak mau terlebih dahulu Risa harus membuang akar-akar tauge tersebut agar bersih dan lebih enak dipandang. Lalu mulailah Risa membersihkan tauge itu dengan cara memotong bagian akar dari batang tauge yang imut-imut dan putih itu. Dan tentu saja hal itu harus dilakukan satu per satu, karena memang tidak bisa dibersihkan sekaligus. Baru sepuluh batang tauge yang dibersihkan Risa sudah mulai bosan, sementara masih ada setengah plastik lagi, hikkzszs.

Melihat masih begitu banyak jumlah tauge yang tersisa, Risa berfikir untuk tidak jadi mengikutsertakan tauge ke dalam sayur beningnya, ”apa lebih baik aku buang saja tauge ini yah?” fikir Risa sambil terus memandangi tauge-tauge itu karena di kosan Risa tidak ada lemari pendingin untuk menyimpan sayur dan lain-lainnya. Mau dilanjutkan bisa-bisa habis satu jam hanya untuk membuang akar-akar tauge ini, sementara Risa masih harus mengerjakan pekerjaan lainnya. Dalam hati Risa bergumam ”ternyata memasak itu butuh ketekunan dan kesabaran, yah seperti yang saat ini aku kerjakan”. Lama Risa berfikir bagaimana caranya agar dia bersemangat melanjutkan memotong akar-akar tauge tersebut agar bisa segera selesai.

Dalam perenungan itu Risa teringat akan satu cerita di suatu negeri tentang seorang nenek yang selalu tekun memunguti setiap helai daun yang telah jatuh dan berserakan di depan halaman sebuah masjid. Pekerjaan itu ia lakoni setiap hari dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Suatu hari ada seseorang yang bertanya kepada sang nenek: ”mengapa nenek begitu rajinnya memunguti helai demi helai dedaunan itu tanpa rasa lelah dan bosan sedikitpun?”, lalu nenek itu pun menjawab: ”karena dari setiap helai daun yang aku pungut aku iringi dengan mengucapkan istighfar sehingga tak terasa semua dedaunan itu telah habis aku bersihkan”.

Teringat cerita itu, kemudian Risa memutuskan untuk melanjutkan membersihkan akar-akar tauge sambil mengiringi pada setiap akar tauge yang dipotong dengan ucapan ”astaghfirullah”. ”Daripada fikiranku melayang kemana-mana lebih baik aku ucapkan istighfar dari setiap batang tauge yang aku bersihkan” fikir Risa saat itu. Dan tidak sampai setengah jam kemudian ternyata tinggal lima batang tauge yang terdapat di dalam plastik, dan dengan mengucap alhamdulillah akhirnya batang tauge terakhir pun terselesaikan dengan sempurna. Lalu dengan perasaan tenteram dan senang Risa pun bergegas melanjutkan untuk menyelesaikan memasak sayur bening miliknya.

Alangkah indah ya jika setiap nafas kehidupan kita selalu diiringi dengan mengingat-NYA, melalui media apapun jika kita mau maka insyaALLAH kita bisa. Tak perlu menunggu tua, tak perlu menunggu sakit, karena toh kita tak pernah tahu kapan sang waktu dunia akan tertutup untuk diri kita. Di atas semua itu manusia memang sering kali lupa, karenanya saling mengingatkan adalah hal yang paling bijaksana. Semoga masih ada waktu tersisa untuk kita, amiin.


LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin