Malam itu, waktu telah menunjukkan pukul 9 kurang 15 menit, it’s time to go home!. Nah karena jarak kosan saya dengan tempat kursus tidak terlalu jauh, maka saya lebih memilih berjalan kaki daripada harus naik ojek, lumayan kan selain mendukung program kesehatan tubuh juga bisa sedikit berhemat untuk kesehatan kantong. Yah begitulah anak kos, kalau masalah berhemat tuh sepertinya memang keharusan deh, bukan satu kesadaran:).
Seperti biasanya, kalau berjalan di malam hari maka saya akan sangat menikmati perjalanan itu, sehingga saya pun berjalan dengan sangat santainya sambil merasakan hembusan sepoi angin malam dan mengamati lalu lalang orang dan kendaraan yang sudah mulai sepi. Sesekali saya pun akan berhenti dan memandang serta menikmati keindahan langit malam dari kejauhan. Namun sayang seribu kali sayang pesona langit malam di Jakarta tak seindah langit malam di kampung saya, di Kuantan sana. Tetapi dimanapun itu, pesona langit malam buatku tetap takkan pernah bisa habis untuk disyukuri. Dan itulah salah satu wujud karya cipta nan agung dari sang PEMILIK jagad raya ini.
Meski sebenarnya angin malam jalanan kurang begitu sehat, tapi entah kenapa saya sangat menikmatinya. Berada di samping kekasih hati membuat suasana semakin romantis, berjalan berdampingan bermandikan kemilau cahya lampu berwarna kuning keemasan, ditambah dengan hangatnya sinar rembulan yang melengkapi pancaran cahya bintang yang tak pernah berhenti bersinar. ”Eiit stop!!!” kata hatiku, seketika aku clingak-clinguk ke samping kanan dan kiri, eeeh ternyata enggak ada orang ding!, hoooo jadi barusan tuh lagi ngayal toh hihihihi, jadi malu!:). ”Tidak mengapa bila tak ada kekasih hati, kan ada Kekasih Sejati yang selalu setia menemani, yakinlah itu Ta”, kata hatiku memberikan wejangan.
Dan tidak lama setelah itu, dari jarak yg tidak begitu jauh aku melihat di depanku ada seorang wanita yang juga sedang berjalan sambil menggendong sebuah karung yg berukuran besar, yang aku perkirakan isinya adalah sampah-sampah plastik. Tapi ukuran karung yg begitu besar tersebut terlihat melebihi dari besarnya ukuran tubuh wanita itu, sampai-sampai dia harus membungkuk ketika berjalan untuk mengimbangi beratnya beban karung tersebut. ”sungguh wanita yang kuat” kataku berguman. Lalu tanpa membuang waktu, langsung saja aku kejar dan hampiri wanita itu.
”Ibu, pulangnya kemana?”, tanyaku sambil mengiringi langka-langkah kakinya. ”Nenek pulang ke Pedongkelan sana Cu’”, jawabnya dan kemudian menghentikan langkahnya. Lalu kami pun sedikit menepi, lebih merapat ke sisi trotoar jalan, agar aman dari lalu lintas kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi. Masih dengan posisi berdiri aku kemudian lanjut bertanya: ”kenapa malam-malam begini masih berjalan mencari sampah-sampah ini Nek?, memang dari jam berapa nenek mulai mengumpulkan ini semua”, kataku sambil sedikit nyerocos. ”Iya, memang setiap hari nenek selalu pulang jam segini Cu, karena nenek kan mulai keluarnya siang menjelang sore hari, dan baru pulang ya jam segini ini” katanya sambil membetulkan letak karung sampah yang segede gaban itu. Duh terus terang aku tidak tega melihat nenek itu, tapi apa yah yang bisa aku lakukan buat nya *sambil sedikit mikir*.
Seketika tanpa aku duga dan aku minta nenek itu langsung bercerita tentang diri dan keluarganya dengan penuh semangat, masih terus sambil berdiri menggendong karung sampah itu. Nampaknya dia ingin bercerita banyak kepadaku, ”baiklah, mungkin ini adalah salah satu yang bisa aku berikan buat nenek itu, memberikan sedikit waktuku untuk mendengarkan ceritanya”, kata ku di dalam hati. Sebelum dia bercerita sebenarnya aku ingin memintanya untuk meletakkan dulu karung itu, supaya ngobrolnya lebih enak. Tapi melihat nenek sudah begitu bersemangatnya ingin bercerita, aku urungkan niatku karena tak ingin memotong ceritanya. Dan jadilah malam itu aku mendengarkan cerita nenek sambil berdiri di pinggir jalan di sekitaran Cempaka Mas. Latarnya memang masih di Simpang Coca Cola juga nih, ya iyalah! kan aku sudah dinobatkan menjadi ketua preman di situ sekarang:D.
Lalu aku pun mulai mendengarkan cerita nenek dengan seksama sambil terus memandangi wajahnya yang telah keriput dimakan usia. Di tengah lalu lalang orang di jalanan itu nenek terus bercerita tentang anaknya yang semata wayang yang sudah tidak peduli lagi dengan kondisi hidupnya, anaknya justru lebih sering bersikap kasar dan melawan kepada orang tua. Nenek sudah sekian tahun ditinggal oleh sang suami, dan saat ini nenek hanya tinggal bersama seorang cucu di daerah kumuh di pinggiran Ibukota.
Sebenarnya tidak banyak yang nenek harapkan dari anaknya, beliau hanya berharap bahwa anak itu ”mengakui” keberadaan dirinya yang telah melahirkannya dengan susah payah. Bahkan sampai ada yang bilang bahwa anak yg telah dilahirkannya itu adalah seorang anak angkat karena sama sekali tak mau ambil peduli dengan keadaan ibunya sendiri. Tapi nenek itu sama sekali tidak mau merepotkan anaknya, makanya beliau masih terus berusaha apapun yang masih bisa dikerjakan. Saat ini yang masih kuat dikerjakan oleh nenek adalah mengumpulkan sampah-sampah plastik, koran, kardus dan sejenisnya yang selanjutnya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut cerita nenek juga kalau dulu mungkin nenek masih ada pekerjaan tambahan lain yaitu menjadi buruh cuci, tetapi sekarang nenek sudah tidak mampu lagi katanya.
Nenek yakin bahwa selagi kita mau berusaha, apapun itu asalkan halal maka jangan pernah takut kelaparan. Karena nenek percaya ALLAH itu maha Pemurah, dan ALLAH tidak akan membiarkan hambaNYA dalam kesendirian. Nenek juga mengatakan bagaimana pun tidak pedulinya anak yg telah dilahirkan itu kepada dirinya, namun ia masih terus mendoakan anaknya, agar selalu bahagia di dunia ini dan bisa selamat di akhirat kelak. Hanya itu setiap hari yang nenek mintakan kepada Sang Gusti ALLAH, katanya. Meskipun nenek hanya orang kecil, tapi DIA yang maha mendengar dan tak pernah tidur tidak akan pilih kasih kepada hamba NYA. Siapa yang mau berusaha maka ALLAH lah yang akan memudahkan jalannya. Dan Nenek selalu yakin akan hal itu, lanjutnya sambil memandang wajahku dan kemudian berucap: ”nama cucu siapa?” katanya, ”Nenek panggil saja aku Rita” kataku menjawab pertanyaan nenek.
Kelihatannya Nenek sudah sangat lelah, dan tak terasa rupanya sudah 30 menit aku berdiri bersama Nenek di pinggir jalan itu. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam, lalu aku pun mohon pamit kepada Nenek karena sudah cukup larut rupanya, aku harus segera meninggalkan tempat itu sebab sudah semakin menyeramkan buatku *aneh!! ketua preman kok ternyata penakut juga yak:)*. Lalu kami pun berpisah di persimpangan Coca Cola itu.
Sambil berjalan seorang diri diantara lalu-lalang kendaraan dan anak-anak jalanan, aku masih terus teringat nenek. Betapa setiap manusia itu pasti memiliki kisah dan cerita hidupnya masing-masing, dan setiap kisah itu telah tertulis di dalam sebuah kitab di Lauhil Mahfud sana. Hanya saja yang membedakan antara satu cerita hidup manusia dengan manusia lainnya adalah sejauh mana setiap diri mampu berjuang dan mengusahakan yang terbaik untuk kelangsungan hidupnya. Dan setiap manusia mempunyai semangat juang yang berbeda-beda tentunya, tapi satu hal yang pasti adalah siapa yang bersungguh-sungguh maka insyaALLAH dia lah yang akan mendapatkan keberhasilan. Dan apapun hasil yg kita peroleh, itu merupakan kondisi terbaik untuk kita dalam pandangan ALLAH.
Malam itu, bisa mendengarkan sekilas tentang cerita seorang nenek yang hidup di tengah belantara kota metropolitan merupakan sebuah anugerah buat diriku. Aku sadar dengan sepenuhnya bahwa ALLAH lah yang telah menakdirkan pertemuanku dengan nenek di tempat itu, di jam segitu dan dengan latar suasana yang seperti itu. Mari sahabat kita berikan sedikit waktu kita untuk mendengarkan cerita dan keluh kesah ”mereka”. Selama ini kita mungkin hanya memandang dan membicarakan mereka dari kejauhan, jarang mencoba untuk mendekat dan menyelami hati mereka, mencoba merasakan apa yang sedang mereka rasa dan apa yang sebenarnya mereka inginkan. Walaupun tak banyak memang yang bisa aku berikan kepada Nenek, bahkan mungkin teramat sedikit, yah hanya 30 menit dari waktuku. Tetapi setidaknya dengan aku mau mendengarkan cerita nenek, mudah-mudahan bisa sedikit mengurangi dan meringankan beban bathinnya. Sehingga ia bisa melangkah dengan hati yang juga mudah-mudahan lebih ringan serta dengan senyuman tentunya, amiin dan semoga ya Rabb.
susah dapet yang pertama jadi nulis koment dulu takut diambil mas alam
ReplyDeleteketika ku baca bersama kekasih hati tiba-tiba darahku naik hampir saja mause yang ku pegang hancur . ternyata hanya ngayal dah.
ReplyDeletesalam dengan nenek itu. berarti kalo lewat jalan kengan ini alias cempaka mas berhenti dulu dah. wah jadi ingat si beni kawan aku yang orang padang dia kerja di cempaka mas. coba kalo wah aku juga pengen cari dia lagi.
de , kisah ini inspiratif pengen nulis tentang cempaka mas dah.
Wah kasihan ya neneknya, sudah tua masih harus mencari nafkan sendiri dan anaknya pun tidak mau mengakui keberadaanny!
ReplyDeletememang benar, kalo sudah mau berusaha maka janganlah taku untuk kelaparan!
saya salud sekali dengan nenek itu!
Cara Membuat Blog
jiwa - jiwa penuh semangat tampak dari kisah ini, semangat dalam usaha pencarian nafkah, perjuangan hidup, dan letak kebersyukuran serta kepasrahan kepada Allah. sunguh pembelajaran bagi aku yang masih jauh dari pengalaman hidup. agar kita bisa bercermin dari sang nenek.
ReplyDeleteketika hidup dalam keterbatasan perlu adanya semangat kerja keras dan rasa tanggung jawab itu yang membuat nenek tetap seperti sekarang
aku tertunduk dan merenung terima kasih atas nasehat yang diberikan.
aku juga suka memandang bintang di kegelapan malam,terasa begitu tenang dan damai :)
ReplyDeletesuatu pembelajaran hidup yang begitu sedarhana namun sarat makna.
realitas kehidupan adalah bagian dari harmoni. nice post!
ReplyDeleteKita terkadang terlalu sibuk dengar diri kita sendiri. Padahal katanya kita bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. jadi malu, aku.
ReplyDeleteSelamat siang kak rita..
ReplyDeleteKok berani ya kak rita ngobrol brg kek gt,aq krg brani kak utk spt itu. Kdg pas jalan srg ktm pemulung baik yg kakek2,nenek2 atau anak2, tp aq mlh g berani ngobrol..hehehe penakut..
ReplyDeleteaduh kasian banget nenek itu
ReplyDeletejika Allah mengizinkan, suatu hari nanti pun aku akan jadi seorang nenek2....dan jangan sampai anak2 tidak mengakuiku sebagai ibu mereka....hiy..!
ReplyDeleteselamat malam
ReplyDeleteblue akan selalu memberikan intang pujian tuk semangat yg telah engkau terapkan di setiap postinganmu
salam hangat selalu
met berakhir pekan
Rit, insya Allah besok saya mau ke CM. pastinya akan melewati tempat berdirinya si nenek dan dirimu. saya salut, dirimu bisa begitu cair berkomunikasi dng kaum jalanan seperti itu. dan saya percaya dari mereka kita banyak menimba ilmu kesabaran. optimisme yg selalu mereka pegang adalah bahwa gusti Allah ora sare/tidak tidur.
ReplyDeleteitu adalah sedekahmu rita..
ReplyDeletesapalah jiwa yang sepi, karena ada Allah pada orang-orang yang kesepian.. **kata Emha klo ga salah
Tahukah kawan bahwa maut selalu mengikuti kita?? baca artikelnya di blog sy
ReplyDeleteSubhanallah...30 menit yg berharga ya...Ternyata sebuah usaha yang tak kenal kata mengendur...lebih disukai oleh Kekasih Sejati...
ReplyDeletemba, benar2 top...
ReplyDeletebisa membuat tulisan dari perempatan situ.
aku aja selalu kabur, tutup mata dan tutup telinga (plus hati) kalau lewat situ. apalagi kalau malem...
padahal, banyak pelajaran yang bisa diambil dari situ yah?
itu adalah sedekahmu Rita.
ReplyDeletesapa dan temanilah setiap jiwa yang kesepian.. karena bila tidak, kau sebenarnya sedang tidak mengacuhkan dirimu sendiri **kata Emha klo ga salah..
aku jg sering siyh dicurhatin org yg baru kukenal, mbak...
ReplyDeleteseneng bgt rasanya krn dg begitu kita bisa mendengarkan keluh kesah mereka dan banyak mdpt pelajaran hidup dari mereka.....hehehe
@kawanlama95
ReplyDeleteAnda layak dapat bintang karena berhasil menjadi yg pertama, tapi ambil sendiri yah bintang nya di langit sana, atau di langit hatimu juga ada bintang kan:). InsyaALLAh nanti ketemu lagi dg nenek aku sampaikan salam mu padanya (itu pun kalau aku ingat yah:)), jadi ini bukan sebuah janji loh.
Syukur lah kalau ada sesuatu yang bisa diambil dari tulisan ini...
@Cara Membuat Blog
Iya, saya pun sangat salut pada nenek itu. semoga ALLAH memurahkan rizki beliau yah.
@idana
Betul mba, aku fikir banyak sekali pelajaran yg bisa diambil dari sikap hidup nenek itu.
@MT
Sepakat, terima kasih.
@alamendah
Duh betul sekali mas Alam, kita terkadang terlalu sibuk dengan diri sendiri, tetapi kadang bingung juga output dari kesibukan kita tuh apa yah...
oh sungguh mendayu2 tulisanmu..mbak bikin novel ajah..saya dukung :D
ReplyDeletekisah ini benar2 bagus sekaligus menyadarkan saya, betapa semangat hidup hrs terus dipompa dgn tetap bekerja keras dgn keyakinan berusaha dan berdoa padaNYA.
ReplyDeleteSubhanallah, Mbak Rita , kita dapat menemukan ayat2 Allah dimanapun berada.
Salam.
nice post mbak rita, karna semakin memacu saya lebih semangat mencari nafkah buat keluarga, thanks ya mbak rita telah mengingati
ReplyDeletesalam sukses
Hhmm....Selalu saja Allah akan mengingatkan kita di setiap waktu dan setiap tempat, dan syukur Alhamdulillah Mbak Rita sudi membagi ceritanya di Blog yang mungil ini...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak, saya juga merasa teringatkan kembali..
Salam semangat selalu
@dasir
ReplyDeletesiang Sir...Hmm, ah sebenarnya dirimu sangat berani Sir, cuma belum dicoba aja kaaannn???, ayo kapan2 kalau bertemu mereka lagi beranikan diri buat menyapa ya, insyaALLAH berkah:)
@yangputri
iya mba, kasian banget liatnya,semoga beliau selalu sehat.
@Desri Susilawani
iya mba, jangan sampai anak2 kita kelak melupakan keberadaan kita.
@bluethunderheart
terima kasih mas Blue, saya masih terus belajar kok, salah satunya belajar melalui tulisan2 mas Blue. Salam hangat selalu
@guskar
wah belum begitu cair juga sih pak, kadang2 saja kalau mood lagi bagus :). INsyaALLAh selalu ada pelajaran yg bisa kita petik dari kesabaran mereka pak.
Selalu tampil dengan gaya cerita yang enak dibaca. Bagus ceritanya, n bukan sekedar fiksi ya, tapi pengalaman nyata dan langsung. Boleh juga nih ditiru gayanya...
ReplyDeleteMasih banyak nenek2 lain yang berjuang hidup di ibukota yang kejam itu ya?
@nakjaDimande
ReplyDeleteamiin, mudah2an ya Bund, ALLAH mencatatnya sebagai sedekah...
@vany
hmm, betul mba, ada kepuasan tersendiri kan yah?, yah mudah2an saja juga bermanfaat buat mereka.
@nurrahman
Bikin novel???, ingin banget sih Rif, tapi entah kenapa belum lancar nih jalannya, doa kan yah. Terima kasih support nya:)
@bundadontworry
Betul sekali Bunda, kita dapat menemukan ayat2 Allah dimanapun berada, tentunya jika kita mau membacanya.
@heru
syukur lah mas, kalau ada "sesuatu" yg bisa diambil dari tulisan sederhana ini. Salam sukses!
@bocahbancar
Terima kasih kembali Joe, ini kan sebenarnya untuk memacu diri saya juga agar bisa ingat setiap saat pada PEMILIK jiwa kita.
@yoga
ReplyDeleteMasih dalam tahap terus belajar nih, alhamdulillah kalau bisa enak dibaca, mudah2an gak ngebosenin yah:). Hmm, saya masih belum bisa buat cerita fiksi nih, makanya lebih mudah menceritakan kejadian sebenarnya aja deh:). Wah kalau Yoga yg membuat seperti ini, InsyaALLAH jauh lebih bagus, yakin deh:).
Iya, masih sangat banyak Yog pastinya.
Ita betul langit tidak seindah langit di kampung kita ... bedanya, jam 9 malam penghuni kampung sdh di dlm rumah tidak ada yg masih "kelayapan ...
ReplyDeletebtw ... ita kepedulian-nya pd sesama sangat tinggi, saya angkat topi deh ... sungguh sebuah pecerahan bagi sesama ...
ITA, hikmah dari bual-bual dgn sang nenek ... kira2 begini :
ReplyDeletekujadikan kemiskinan sebagai pelindung diri,
ku tak pernah terhina memakai pakaian itu,
pakaian itu menjadi pelindung dari pongah dan serakah ...
padahal sifat2 itu penyebab kehinaan hakiki.
@abrus
ReplyDeleteWah betul tuh bang, jam 9 sih di kampung aku juga udah molor kali;). Wah emangnya abang lagi pake topi gitu hihihi:D...Ah enggak juga kok bang, itu lagi pas lewat aja terus liat nenek2 itu, yah siapa tahu dapat pencerahan dengan ngobrol bareng beliau:).
Iya betul sekali...
Hmmm cerita yg menarik dan menggugah hati.... pengalaman pribadi ya Non?
ReplyDeleteWah komentku belum masuk to Mba?
ReplyDeleteBaca tulisan mba aku jadi ingat simbok dan bapak di rumah, mereka masih terus bekerja setua ini. Bedanya anak2 mereka sangat perhatian sama orang tuanya. Hanya saja kami belum bisa memberikan yang terbaik bagi mereka. Namun, kurasa mereka sudah cukup bahagia hanya dengan kedatangan anak2 mereka untuk berkumpul dan bercengkarama dengan mereka. Hal yang sederhana, tetapi sangat berarti bagi mereka..waduh kok malah curhat.
kadang, sewaktu bertemu dengan "nenek" lain, saya berpikir: anaknya ke mana ya? kok tega2nya membiarkan ibu yang udah tua begini cari nafkah dengan cara yang "berat"..
ReplyDeletetapi saya pernah ngobrol sama seorang bapak tua di Kendal. beliau juga kerja ngumpulin sampah. katanya dia gak punya anak.. DEG! miris..
asik emang mendengarkan seseorang utk bercerita
ReplyDeleteselamat pagi..
ReplyDeletesalam kenal..
dan salam persahabatan
Selamat siang mbak Rita..
ReplyDeleteNumpang berkunjung lagi.. :)
dulu, saya juga hobi ngajak ngobrol orang di sembarang tempat :-) dan dari 'cerita jalanan' ini saya bisa dapat banyak pelajaran. nice share.
ReplyDeleteJika tdk salah dalam Al-Quran ada ayat yg berbunyi;"sesungguhnya aku tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yg merubahnya." Jd, selama kita berusaha dan bertawakal pada-Nya, yakinlah bahwa keinginan itu akan terjadi.
ReplyDeleteKasian bngt si nENek udah tua masih harus bekerja keras sdnirian
ReplyDeleteSelaksa lagi membaca cerpen. Mba Rita kalau mau lebih fokus, saya optimis suatu saat bisa jadi cerpenis atau novelis nih. Salam.
ReplyDeletede pulang kerja jam segitu terus apa, wah kalau dulu daerah situ kan bahaya tuh. sekarang kalau aku lewat situ . kalau di ngangu orang bilang ajah temennya rita . kan kepala preman situ rita .iyakan.
ReplyDeleteketua preman rupanya
ReplyDeletehuahahahahahaha
banyak hal yang kita dapatkan kalau sedang melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, tapi kalau malam² ... ngeri juga sih, semoga Allah selalu melindungimu ya mbak .. aminnn
ReplyDeleteHidup ini perjuangan...jadi malu hati, karena masih suka mengeluh....
ReplyDeleteSalam kenal juga....
kadang memang banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman seperti nenek itu ..
ReplyDeletekekuatan hati, kesabaran, keuletan ..
semoga si nenek mendapatkan keberkahan dan kebahagiaan bersama anaknya ..
Cara Membuat Website
nice post Bu...
ReplyDelete*semoga deh cepet dapat kekasih hati... melototin alinea ke tiga... hahaha
dalam usia yang lanjut ternyata nenek itu masih juga bertarung dengan kerasnya kehidupan jakarta,ckckck...salut
ReplyDeleteberkunjung kesahabat tercinta
ReplyDeletei lup u fullllll
selamat malam jeung
ReplyDeletepa cabar
lama tak mampir ternyata u memang sangat berbakat menulis
hebat
salam hangat selalu
Nenek yang sangat tegar...
ReplyDeletekerasnya hidup di kota, dan ketidakmenentuan sikap anaknya itu... sepertinya membuat nenek musti melakukan hal yang di luar kebanyakan nenek.
Nenek yang akan lebih baik, kalau duduk di mushala atau di dipan kayu sambil memakai mukena.. dan melafalkan zikir malam... tapi.. harus menyusuri jalanan yang gelap dan keras...
oh nenek... anakmu itu... terlalu kasar buatmu. dan engkau tetep mempertahankan keyakinanmu, bahwa anak itu... suatu waktu akan memelukmu dan mengucapkan,"Bu, maafkan aku. aku akan menjagamu selamanya, sebagaimana saat engkau menjagaku waktu masih bayi".
Memang hidup seperti sekarang ini perlu semangat yang ekstra, harus tegar. Tapi, sulit dipungkiri, kadang semanagt itu bisa mengendur, bahkan di kalangan yang muda-muda. Tapi kita harus yakin bahwa Allah akan menolong orang yang menolong dirinya dan orang lain.
ReplyDeleteTerima kasih mbak.
Salam.
Pengalaman yang mirip;
ReplyDeleteBeberapa hari yll pada suatu tengah malam, saya melihat seorang nenek di tepi jalan di sebelah warung makan sedang berkemas menata selembar kain kusut untuk alas tidur, sementara itu seorang muda perlente keluar dari warung habis makan malam dengan santainya lewat menuju mobil mewahnya yang kebetulan diparkir dekat si nenek itu tanpa menoleh sedikitpun. Fenomena apa ini?
Terima kasih kepada semua sahabat yang berkenan memberikan apresiasi berupa komentar untuk tulisan yang sangat sederhana ini. Saya percaya bahwa setiap kita mempunyai pengalaman yang hampir mirip dan bahkan mungkin sahabat sekalian sering berinteraksi dengan "mereka". Saudara2 kita yang lebih sering disebut kaum marginal atau sebenarnya mereka adalah kaum yg memang sengaja dimarginalkan oleh kelompok2 tertentu karena kondisi hidup mereka, entahlah...
ReplyDeleteYang pasti sekecil apapun sesuatu yg bisa kita berikan, maka mari sama2 kita sampaikan pemberian itu atas nama persaudaraan, kemanusiaan dan CINTA. InsyaALLAH akan melahirkan keberkahan baik untuk diri kita maupun mereka, amiin...
Mengunjungi sahabatku dimalam hari..
ReplyDeletewaduh, panjang amat mba. jadi 3 postingan tuuh.
ReplyDeleteromantis abis sih mba Rita ini..sehingga menghayalnya pun di rasa romantis
jangan kecewain orang yang kamu sayangi....
ReplyDeleteMbak kepala preman yang baik.... sangat sulit mencari orang yang mau mendengar apalagi orang yang belum dikenal. Tetep jadi kepala preman yang baik ya.
ReplyDelete"Nenek juga mengatakan bagaimana pun tidak pedulinya anak yg telah dilahirkan itu kepada dirinya, namun ia masih terus mendoakan anaknya, agar selalu bahagia di dunia ini dan bisa selamat di akhirat kelak."
ReplyDeleteBegitulah naluri seorang ibu... Sedih juga baca ceritanya.
tiga kali gg posting....knapa ya?
ReplyDeletepokoke gwgw tersentuh dengan postingan ini
penuliasannya juga bagus....trenyuh hati ini
postingan keempat.....mudahan 2 gg gagal lagi...
ReplyDeletegwgw salut penulisannya bagus...ceritanya ok..
realita hidup yang masih banyak kita temui di sini...tapi bisa jadi pelajaran berharga untuk kita...
ReplyDeletenenekku juga hdup dengan penuh cerita. Saat ku dengar kisahnya ada suka dan duka. Tapi sayang nenek jauh disana. SEmga kelak saat pulang masih bs menjumpai wajahnya. amien
ReplyDelete30 menit lbh dari cukup kok...
ReplyDeletebtw beneran dah jadi preman di simpang coca cola nih :P
selamat malam
ReplyDeleteblue datang dengan semangatnya
salam hangat selalu
yup...
ReplyDeletesekecil apapun yang kita bisa berikan
bisa berarti besar bagi orang lain
mari berbagi untuk sesama
Trims..saya tenaga pengajar di SD Wukirretawu di Suralaya..
ReplyDeleteBloghicking PAGI-PAGI. Mengunjungi para sahabat, siapa tahu ada suguhan yang hangat.
ReplyDeletemalam tadi purnama bukan..
ReplyDeletejadi berjalan ditemani den9an purama san9ad indah :)
yah itulah hidup rit,kasihan jika melihat oran9 yan9 suda sepuh tapi masih harus berjuan9 demi hidup,selalu bertanya kemanakah anak dan cucunya..
tidak adil...!! *hiks
@wi3nd
ReplyDeleteWah ternyata mba pencinta purnama juga ya:), dan saya sangat menikmati keindahan tadi malam. Semalam saya berjalan seorang diri di bawah pancaran sinar rembulan itu mba...Dan ketika jam 12 malam saya keluar kamar, bumi ini benar-benar sempurna diliputi oleh cahya purnama. Hmm, rasanya ingin saya tiduran di atas atap biar bisa menikmati indah dan hangatnya sinar rembulan itu:) *hiperbol nih*
lho, perasaan aq dah pernah komen disini...?
ReplyDeletesurprise mba. di jakarta ada kisah yang indah seperti ini. sepertinya aq tak bisa melakukan seperti yang mba rita lakukan. salut!
btw, apa ga lebih baik klo dibikin 'read more' mba? kadang agak males klo harus scroll panjang banget ke bawah...
ReplyDeleteoh ya, saya link blog ini ya...
semua... yang berada di hadapan kita menyimpan hikmah yang luar biasa, bila kita mau membuka hati untuk membacanya.
ReplyDeleteterima kasih telah berbagi.
Mudahmudahan hal itu bisa mengurangi beban bathinnya ya mbak..
ReplyDeleteKarena bagaimanapun Orangtua pasti ingin dihargai.
Dengan mendengarkannya sudah merupakan 'sedekah' yang berarti bagi kebahagiaan hatinya.