Wednesday, October 21, 2009

Menyusuri Jalan Kenangan - Blok # 2, Selesai.

Aku terus melangkah dengan sangat pelan dan sesekali berhenti, mencoba melihat sekeliling, apa saja yang berbeda dengan suasana pada saat dulu aku melewati jalan itu. Dan ternyata sudah banyak sekali yg berubah. Seperti kata Pak Guskar, sekarang sudah ada flyover, jadi kemacetan sudah jauh sekali berkurang dibandingkan dulu, sudah ada pagar yang membatasi antara jalan dengan bangunan Cempaka Mas, dan sudah banyak terdapat rumput-rumput liar di sepanjang jalan itu.

Namun ternyata masih ada beberapa yang tidak berubah yaitu masih banyak anak jalanan yang hilir mudik, dan beberapa orang pemungut sampah yang tengah duduk karena kelelahan, serta lalu lalang para pengunjung Cempaka Mas dengan mobil-mobil mewah mereka. Sungguh sebuah pemandangan yang memilukan buat aku. Diantara lalu lalang mobil mewah itu masih ada anak jalanan yang mencari makan di kotak-kotak makanan sisa, dan begitu banyak juga para pemulung sampah yang harus menahan rasa lapar karena belum dapat uang untuk beli makanan.

Dari sekian banyak hal yang telah berubah, tentunya bagiku satu yang sangat membedakan suasana jalan itu antara dahulu dan sekarang yaitu: dulu saat aku berjalan di situ masih ada dia di sampingku, namun kini aku berjalan sendiri dengan segala rasa yang telah menepi, yah mungkin saja karena rasa itu telah lelah menanti sesuatu yang tak kunjung nyata, sehingga akhirnya ia pun menyerah dan kemudian memutuskan untuk menghentikan langkah-langkah asa dan mimpinya...

Di tengah-tengah ”keautisan” ku menikmati kenangan masa lalu itu, dari jarak beberapa meter aku melihat ada yg sedang memperhatikanku dengan seksama. Dipandanginya aku dari kejauhan sambil mengusap keningnya. Dalam hati aku bilang: ”nih orang kenapa yah kok memandangi aku seperti itu?”, seperti ada yang salah dengan diriku, apakah aku seperti orang yg sedang kebingungan???, ataukah wajahku saat itu memang memperlihatkan seseorang yg sedang mengenang masa lalu?. ”Ah rasanya tak mungkin orang itu tahu tentang apa yg ada di dalam hatiku saat ini, memangnya dia peramal apa!”, kata hatiku.

Lalu setelah aku sampai di dekatnya dia langsung bertanya: ”mau kemana Nak?” sapanya dengan ramah dan penuh tanda tanya, ”ooh tidak, saya hanya sedang berjalan-jalan saja pak” jawabku singkat ditambah seulas senyuman. ”Bapak sudah makan?” tanyaku kepada bapak yang ada di hadapanku itu. ”waah boro-boro makan Nak, nih sampah-sampah yg saya kumpul dari tadi juga belum dijual” katanya dengan sedikit lemas namun tetap dengan senyumannya yang memancarkan ketegaran.

Tampak sekali rona keletihan pada raut muka bapak itu, wajahnya yang telah tampak tua dan renta saat itu basah bermandikan keringat, menunjukkan telah begitu jauh perjalanan nya di hari itu. Tubuhnya yang kurus dan coklat, serta tulang-tulang yang bermunculan menunjukkan betapa telah begitu panjang dan berlikunya cerita hidup yang telah dia lalui. Namun sorot matanya tidak pernah sedikitpun memperlihatkan keputusasaan dan kelemahan. Meski baru bertemu untuk pertama kalinya, tetapi buatku bapak ini adalah sosok manusia yang penuh dengan optimisme dan sangat mandiri. Di sebelah tempat ia duduk, terdapat satu karung besar yang berisikan sampah-sampah plastik yang siap untuk dijual.

Seketika itu juga entah kenapa langsung terbayang olehku sesosok wajah yang kini telah tiada, seorang Bapak yang telah menjadi jalan kehadiranku di dunia ini, hiks. Kucoba menahan bulir-bulir bening di ujung mata yang sudah mendesak ingin berhamburan keluar, aku tahan dengan sekuat tenaga agar tak dilihat oleh bapak itu. Beberapa saat kemudian aku sodorkan kepadanya selembar uang yang aku fikir lebih dari cukup untuk makan Bapak itu.

”Ini untuk Bapak”, kataku sambil tetap menahan bendungan di mataku. Lalu beliau pun menolak dan bilang: ”tidak usah Nak, terima kasih, nanti saya tunggu semua sampah-sampah ini laku saja”. Lalu aku pun bilang: ”iya, tapi saya tetap ingin memberikan ini untuk Bapak” kataku sambil terus menyodorkan tanganku padanya. Lalu dengan sedikit ragu beliau menerima sodoran tanganku sambil berujar lirih: ”saya terima ya Nak, tapi bukan saya yang minta sama anak loh ya”, katanya dengan suara yang mengandung nada kekhawatiran. ”iya saya tahu, ini kan saya sendiri yang ingin memberikannya pada Bapak, jadi memang bukan Bapak yg memintanya” sambung ku dengan senyuman terbaikku. Lalu beliau pun tersenyum sambil berucap: ”terima kasih banyak Nak, semoga ALLAH memurahkan rizkimu ya”, ”terima kasih kembali pak, amiin, mari pak”, kataku sambil berlalu meninggalkan Bapak itu.

Setelah berlalu dari bapak itu, aku biarkan bulir-bulir bening di mataku mengalir, dan setelah itu rasanya kerinduan kepada ayah tercinta bisa sedikit terobati. Yah meski hanya sedikit dari lautan rindu yang tak bertepi. Biarlah hanya ALLAH yang akan menyampaikan rinduku padanya, dan cukuplah kepada ALLAH kugantungkan harapan agar kerinduan tuk berjumpa dengannya menjadi sebuah kenyataan...

Subhanallah, bapak tadi adalah salah satu contoh orang yang sangat menjaga dari sikap meminta-minta demi sebuah kehormatan dan martabatnya. Yah itulah contoh manusia yg memiliki harga diri meskipun dia hidup berbalutkan kekurangan dan kemiskinan. Betapa beliau takut dicap telah meminta sesuatu yang bisa dia cari dengan usaha dan jerih payahnya sendiri. Walaupun mungkin hasil yg bisa diperoleh tidak seberapa, tetapi buat orang-orang seperti Bapak itu harga diri adalah sesuatu yang harus dijaga dan dipertahankan sepanjang hayat masih dikandung badan.

Alhamdulillah, betapa berharga pengalaman di hari itu, terima kasih ALLAH. Jalan Kenangan itu terasa semakin indah dalam hatiku, karena menjadi jalan pertemuanku dengan seorang Bapak semulia beliau...


By risantchan di jalan kenangan...


37 comments:

  1. Jalan Kenangan itu selamanya akan tetap menjadi jalan kenangan buatku. Jalan yang telah memberikan sebuah pelajaran berarti bagi langkah-langkah hidupku saat ini, dan insyaALLAH untuk masa depan yang akan kujelang. Semoga apa-apa yang telah terukir di sana akan tetap indah meski dengan segala nuansa rasa yg pernah ada. Namun tetap saja yang namanya masa lalu itu akan tetap indah untuk dikenang...

    Saat ini adalah waktunya untuk berbuat, menanam benih-benih kebaikan, merawat pohon-pohon amalan, agar di "kemudian hari" ada buah manis yang bisa dipetik ketika kita sedang duduk di atas dipan-dipan sambil bertelekan, menikmati indahnya taman-taman dengan bunga yg berwarna warni, serta merasakan sejuknya semilir angin dan suara gemericik air dari sungai dan mata air yang tidak pernah berhenti mengalir...
    Semoga, InsyaALLAH, amiin...

    ReplyDelete
  2. begitu penuh rindu, Rita.. Allah pasti akan membalas rindumu itu

    ReplyDelete
  3. pelajaran / ilmu tentang hidup malah sering membumi bersama-sama hamba -Nya diremehkan oleh sesama manusia.....

    nice journey mbak....

    ReplyDelete
  4. yup. blue yakin Tuhan sayang padamu serta kita semua makhluk hidup yang merassa adanya kerinduan
    salam hangat selalu

    ReplyDelete
  5. Subhanallah, bapak tadi adalah salah satu contoh orang yang sangat menjaga dari sikap meminta-minta demi sebuah kehormatan dan martabatnya

    sikap ini kok beda jauh dari bapak-bapak yg berseragam yg dengan cara memaksa meminta-minta dng mencari kesalahan2 yg sebenarnya tidak kita perbuat. ia akan menyebut satu nilai untuk sebuah damai, lalu secara berbasabasi ia akan mengucapkan : "ini ridho, kan?"
    **ridho dari hongkong! gumam saya

    ReplyDelete
  6. Nice post. Salut buat Mbak Rita. Terus berkarya ya..

    ReplyDelete
  7. duwhh,, baca tulisan diatas berasa ikut jalan bareng mba rita.. :)

    terkadang kita bertemu dengan guru kehidupan ditempat yang tidak disangka2 ya mba,,
    nice journey.. ^^

    ReplyDelete
  8. @nakjaDimande
    amiin, terima kasih Bundo...

    @xitalho
    iya mas,sering kali mereka menjadi guru buat kita..

    @bluethunderheart
    amiin, semoga demikian ya mas. Salam hangat selalu:)

    @guskar
    Hmm, saya tahu siapa yg bapak maksud:), dan memang tingkah mereka itu membuat aliran darah bergerak lebih cepat! *esmosi nih pak* :)

    @Eko Madjid
    Wah ini sih masih dalam rangka belajar corat coret aja kok uda:), semoga bisa dimengerti yah tulisan ini...

    @cah ndueso
    Saya juga trenyuh baca komennya:)

    @rayyaa
    betul Ray, terkadang ALLAH mempertemukan kita dg orang2 yg tak terduga dan memberikan pelajaran yg sangat berharga...

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, betapa berharga pengalaman di hari itu, terima kasih ALLAH. Jalan Kenangan itu terasa semakin indah dalam hatiku, karena menjadi jalan pertemuanku dengan seorang Bapak semulia beliau... ini kutipan yang sagat saya suka dari cerita diatas...


    Salam

    ReplyDelete
  10. hmm cerita yang mengharukan sekali...

    Salam kenal Mbak

    ReplyDelete
  11. mba rita,
    serasa ikut perjalanan mu...

    agak - agak OOT, saya baca tulisan ini jadi inget sama kejadian yang pernah saya lewati di cempaka mas juga...

    hmph.. ingatan saya jadi terseret juga deh...
    hehehehehe..

    ReplyDelete
  12. nice post mbak rita, menambah pengalaman saya, thanks ya, salam sukses selalu

    ReplyDelete
  13. walau cuma baca postingan, saya jadi menangis juga .. terharu.

    Semoga Allah membalas kebaikanmu ya non ..

    ReplyDelete
  14. Put salut dengan si Bapak ....
    Tidak banyak orang yang seperti itu..

    ReplyDelete
  15. nice posting rit....
    jadi terharu..... hiks...hiks...

    ReplyDelete
  16. Assalamu'alaikum wr.wb.
    Baca sebentar lanjutan kenangan yang kemarin ya kak..

    ReplyDelete
  17. Bapak yang hebat ya Kak..salam,terima kasih tas artikel yang mengingatkan..

    ReplyDelete
  18. Wus... Begitu detail dalam menceritakan sesuatu yang dialami, membuat saya seolah berada di sana dan melihat apa yang sedang mbak Rita alami di cerita itu. Membuat hati berdecak kagum, ternyata ada bahasa dan kata untuk menggambarkan suasana dan bukan hanya gambar dan motion picture.
    Indah, indah, Hebat... dua jempol buat mbak Rita

    ReplyDelete
  19. HADIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIRRRRRRRRRRRRRR..
    Menyapa sahabatku chayank..
    MAAF..
    Baru jalan jalan dan keliling lagi.. pokoknya saya ngabsen dulu yaaaa.. masih banyak tugas keliling maklum habis istirahat tugas banyak yaaaa.. harap di persorry..

    salam sayang

    ReplyDelete
  20. Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang
    ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
    I Love U fuuulllllllllllllllllllllllllllll

    ReplyDelete
  21. Dijaman serba instan ini, sungguh mulia sikap menjunjung tinggi moral. Bapak yang penuh semangat juang. Semoga disekolah-sekolah sekarang ini juga mengajarkan semangat itu. Bukan hanya untuk mengejar asal melewati standar nasional.

    ReplyDelete
  22. Wah, ini pengalaman nyata ya? bagus ceritanya, jarang blogger yang bercerita pengalaman nyata seperti gaya fiksi seperti ini.

    ReplyDelete
  23. seorang bapak yang punya prinsip....
    jadi ikut terharu hiks....

    ReplyDelete
  24. ceritanya mendayu2 banget mbak......bikin berkaca2 dan teringat dosa masa lalu (doh)

    ReplyDelete
  25. Halo, Rita... Mampir :) Emang panjang banget jalan kenangannya ya :D Sampe bersambung. Untung sudah selesai disini.

    Sementara belum teresapi intisarinya, jadi belum bisa komen tentang isi tulisan ini. Akan dibaca lagi. Ntar kalo dah dapat, nanti komen lagi...

    ReplyDelete
  26. blue kan selalu mensuportmu jeung
    salam hangat selalu

    ReplyDelete
  27. wah, saia bnr2 gak nyangka...
    ternyata di jaman skrg msh ada bapak seperti itu ya....hehehe
    two thumbs up!

    ReplyDelete
  28. Postingan yg sarat dgn pesan moral ... harga diri seharusnya digantung tinggi-tinggi...
    Namun kini semuanya ... samar-samar, abu-abu, bahkan ada yang banting harga diri ... demi sebuah prestise yg abu2...

    Titipkan rindumu pada ayah tatkala berdo'a, pasti do'a anak yg salehah di ijabah Allah SWT. Amin.. Salam ...

    ReplyDelete
  29. Hal kecil yang tak terduga, bermakna dan membekas ya mbak?
    tulisan-tulisan mbak memperkaya jalan pikiran saya, terima kasih

    ReplyDelete
  30. akhirnya berhasil juga baca babak ke-2 nya. selesai ya mba???

    ReplyDelete
  31. aku cukup terkesan dengan tulisan ini, setiap kisah memang selalu menarik untuk ditulis. ya di jalan itupun aku masih teringat tentang kisah2 yang mengharu biru.

    seseorang yang tak berharap dan hanya bekerja karena memang kerja adalah ibadah . dengan keikhlasan akhirnya membuat seorang rita tersentuh.

    aku ingin kata itu berakhir dengan sebuah episode kebahagian , tiada kata sepi, sendiri atau berdedih.
    tetap semangat dalam karya-karya besarmu de

    selamat siang

    ReplyDelete
  32. Ya tadi pagi +- jam 6.50 aku melewati prapatan cempaka putih, wah sekarang fly overnya udah jadi ya udah lama juga ga lewat, tengak -tengok jalan kenangan rita kulihat dan aku berhenti sebentar apakah ada rita di jalan kengan ini. hmmm ya ternyata tidak banyak berubah ya cempaka putih, tadi abis takjiyah ke sorang kawanlama saya ortunya meningal maaf tak memberitahu sebelumnya. abis mendadak seeh

    ReplyDelete
  33. Hmm, cuma ada tiga kata yang tepat buat kakak: somse pisan euy:)

    ReplyDelete
  34. aku mau nulis juga tentang jalan kenagan . judulnya jalan bersamanya tapi belom meluncur kata-katanya neeh. mau bantu cari inspirasi.ya pengalaman dekat situ juga

    ReplyDelete
  35. Yah sulit atuh kak, bagaimana cara aku kasih inspirasi, lah wong aku tak tahu bagaimana jalan ceritanya:). Pasti lah dirimu insyaALLAH bisa!, kan sudah mahir memaparkan kisah2 ke dalam bentuk tulisan. So buruan atuh dipublish aja, gak usah ragu-ragu!:)

    ReplyDelete

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin