Sunday, August 16, 2009

Kampung ku Sayang, Kampung ku Malang... Catatan Kecil di Tengah Hiruk Pikuk Perayaan Kemerdekaan Negeriku...

Tersebutlah sebuah desa bernama Pulau Rengas, terletak di pinggiran aliran Sungai Batang Kuantan. Desa tersebut merupakan bagian dari kabupaten Kuantan Singingi (dulu kabupaten nya adalah Rengat, namun beberapa tahun terakhir dilakukan pemekaran sehingga terbentuklah satu Kabupaten baru ini) yang terletak di wilayah propinsi Riau Daratan. Mata pencaharian sebagian besar penduduk desa tersebut adalah bertani dan berternak, namun kegiatan tersebut bukan untuk tujuan komersial tetapi lebih kepada kegiatan bertani dan beternak untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Dan utuk memenuhi kebutuhan akan lauk pauk, biasanya penduduk mencari langsung dari sungai dan sawah dengan bermacam-macam cara dan yang masih bersifat tradisional tentunya.

Di desa tersebut sekitar 27 tahun yang lalu saya pun diizinkan untuk menginjakkan kaki pertama kalinya ke dunia ini. Meskipun hanya tinggal di desa dengan makanan dan gizi seadanya, tetapi alhamdulillah saya merasa bisa tumbuh dengan baik dan sehat (setidaknya dalam pandangan saya pada waktu itu). Saya pun melalui masa kecil di desa itu dengan berbagai cerita dan kenangan tersendiri, meskipun sejujurnya hanya sekelumit dari sekian banyak cerita masa kecil itu yang masih bisa saya ingat, karena pada usia 6 tahun saya kemudian merantau ke propinsi Jawa Barat tepatnya ke kota Serang (sekarang telah dimekarkan menjadi propinsi Banten) meninggalkan desa tercinta. Jelas tujuan utama berhijrah pada waktu itu tidak lain dan tidak bukan adalah memperbaiki masa depan. Meski sebenarnya tiada seorang pun yang tahu bagaimana kondisi masa depan dirinya di kemudian hari, tetapi yang jelas kita telah berusaha melakukan tindakan untuk bisa meraih masa depan yang lebih baik, dan hanya itu lah kewajiban manusia, sisanya tinggal kehendak Allah sajalah akan dibawa kemana hasil akhirnya.

Pada saat saya memutuskan untuk berhijrah ke Serang sekitar tahun 1988, keadaan desa saya bisa dibilang sangat memprihatinkan. Penerangan berupa aliran listrik jelas sekali belum ada, jalan-jalan masih beraspal coklat (tanah asli maksudnya), sebagian besar kendaraan pribadi penduduk pada masa itu adalah kereta (sebutan untuk sepeda di daerah sana) dan mungkin bisa dihitung dengan jari warga yang memiliki honda (sebutan untuk motor). Bahkan kalau motor (sebutan untuk mobil) sepertinya belum ada satu pun penduduk yang punya. Makanya saya ingat sekali dulu waktu masih kecil jika ada mobil yang masuk kampung yang biasanya dibawa oleh orang-orang dari rantau, maka anak-anak akan berlarian mengikuti jalannya mobil tersebut dari belakang, saking langkanya benda tersebut.

Dan ketika itu kondisi perekonomian di kampung saya sangatlah memprihatinkan, untuk tidak menyebut kondisi nya sangat buruk. Betapa tidak, sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani (mengolah sawah) dengan metode yg sangat sederhana. Sama sekali belum terdapat traktor di sana, jadi masyarakat menggemburkan tanah persawahan dengan menggunakan tenaga manusia dengan bantuan peralatan seadanya yaitu cangkul. Coba anda bayangkan seberapa berat usaha dan daya yang harus dikerahkan untuk bisa mengerjakan sawah-sawah itu, sementara hasil yang nanti didapat tidaklah seberapa. Yah hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan makan hidup keluarga sehari-hari.

Masih jelas dalam bayangan saya betapa dulu ibu bapak saya harus pergi ke sawah dari pagi-pagi buta dan pulang ketika senja hari menjelang. Seharian penuh mereka mengolah sawah dengan tenaga mereka. Dan itu semua dilakukan untuk tujuan agar bisa menyambung hidup dan menyekolahkan anak-anak mereka sampai pada tingkat yang mereka mampu saja (SD atau SMP sudah lumayan menurut mereka kala itu). Bahkan terkadang tidak semua dari anak2 mereka bisa mengenyam pendidikan, harus ada yang mengalah salah satunya, dan biasanya anak perempuan lah yang diminta untuk mengalah, dan memberikan kesempatan kepada anak laki-laki untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Dan kalau anda bertanya tentang perkembangan infrastruktur di kampung saya saat itu, terus terang saya tak bisa menjawabnya dengan panjang lebar, karena memang tidak ada yang bisa saya ceritakan terkait dengan infrastruktur ini. Apa yang bisa saya ceritakan, semuanya masih dalam keadaan yang sangat alami (baca:belum ada polesan sedikitpun). Penerangan listrik?, sungguh jauh panggang dari api. Jalan raya??, tidak perlu saya uraikan, cukup saja anda membayangkan bahwa anda tengah berjalan menuju perkebunan kelapa sawit di pedalaman Kalimantan sana, maksudnya jalanan nya masih sangat original:). Lalu bagaimana dengan jembatan??, duh its very hard to say, jembatan di sana kala itu (sekarang juga masih banyak yg seperti itu) masih terbuat dari kayu, yang bahkan untuk melewatinya saja kita sudah ketakutan duluan, khawatir nanti roboh ketika kita berjalan di atasnya.

Padahal saya pernah membaca (maaf saya sudah lupa sumber bacaannya) tentang sumber pendapatan negara kala itu, dimana sebagian besar pendapatan negara kala itu berasal dari kekayaan minyak Riau. Yah wajar saja, Riau memiliki kekayaan minyak dari dalam dan di permukaannya. Betapa tidak, di kedalaman bumi nya terkandung minyak bumi yang sangat fenomenal di kala itu, dan di permukaannya terhampar ratusan hektar perkebunan kelapa sawit. Namun ternyata semua kekayaan itu tidak sedikitpun dapat dirasakan oleh penduduk setempat. Yah bisa dibilang penduduk Riau itu bagaikan tikus yang kelaparan di lumbung padi, sungguh sangat ironis.

Tahun berganti dan masa pun berlalu, hingga sekitar 20 tahun sudah lamanya saya meninggalkan desa tercinta, namun tiada perubahan signifikan yang saya temui di sana. Yang ada tuh desa makin sepi karena telah ditinggalkan oleh para penduduknya yang berhamburan merantau ke negeri orang untuk mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Penerangan listrik sama sekali belum ada, jalanan pun baru beberapa tahun terakhir mendapat perhatian, tetapi tetap sampai sekarang belum diaspal juga. Salah satu alasan mereka (penguasa negara) adalah karena penduduk setempat belum memberikan akses untuk melakukan pembangunan jalan dan listrik, misalnya ada masyarakat yang tidak rela jika pepohonan di pekarangan depan rumah mereka ditebang seperti pohon kelapa. Akh!! saya fikir itu hanya salah satu bentuk pembelaan diri atas ketidakberpihakan mereka kepada rakyat saja. Padahal apa susahnya sih memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya akses penerangan dan jalan untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tetapi permasalahannya apakah sosialisasi tersebut sudah mereka lakukan dengan optimal ??. Mari coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang:).

Namun bagaimanapun kondisi kampungku dahulu dan sekarang. Kampungku tetaplah tempat ternyaman untuk aku pulang, tempat mengenang kembali cerita indah masa kecil dulu, tempat dimana aku belajar memaknai arti hidup dan perjuangan dalam dimensi kecilku. Tempat di mana aku pernah belajar bagaimana caranya menanam padi di sawah; tempat aku belajar berenang di kolam renang terluas yang pernah aku kenal; tempat bermain memanjat pohon jambu, pohon rambutan, pohon manggis, pohon rambai, pohon duku, tapi tidak termasuk memanjat pohon kelapa tentunya (karena di kampungku itu sudah menjadi tugas beruk, nanti aku dimarahi lagi sama beruk karena telah mengambil lahan mata pencahariannya he he he).

Di kampung itu pun aku telah banyak belajar membaca, membaca pagi ketika berkabut, membaca siang yang tetap sejuk meski mentari sedang memancarkan cahaya tergarangnya, membaca senja ketika sayup-sayup terdengar suara anak-anak mengaji di surau dengan penerangan lampu yang seadanya, dan membaca langit malam ketika dihiasi ribuan bintang yang mengajarkan kepada ku bahwa di tengah gelap gulita pun di kejauhan sana masih terlihat cahaya benderang kalau kita mau berusaha untuk melihat dan meraihnya.

Dirgahayu Negeriku, Negeri Cintaku...


Semoga meriah perayaan hari kemerdekaanmu, bukan sekedar perayaan yang bersifat seremonial belaka, namun hendaknya ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sana. Betapa perjuangan itu harus tetap terus berlangsung, melanjutkan perjuangan para pahlawan negeri ini. Semoga semangat akan terus mengalir di setiap aliran darah, di setiap hembusan nafas, dan di setiap ayunan langkah-langkah kita. Semangat untuk terus berbuat apapun yang bisa kita lakukan (setidaknya berbuat untuk perbaikan diri sendiri) untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, InsyaALLAH.

57 comments:

  1. di tempat saya sedang langka minyak tanah... masyarakat harus antri berjam-jam untuk mendapat 5 liter minyak. semoga 17-an tahun ini menjadi momentum indonesia untuk bangkit.

    ReplyDelete
  2. dari rumah mas wandi saya main ke sini...
    rupanya ada satu kawan mengadakan renungan senandung derita ketertinggalan kampung halamannya di malam proklamasi ya...
    mmg birokrasi negeri ini perlu dibenahi untuk pemerataan pembangunan secara adil dan bijaksana. wilayah yg menghasilkan pendapatan banyak mestinya lbih mendapatkan prioritas pembangunan...

    ReplyDelete
  3. optimis, suatu saat kejayaan akan sampai ke kampung rita.. kelak akan ada ratusan rita, yang akan berbuat untuk kampung halaman..

    ReplyDelete
  4. @arifin
    Yah seperti itulah mas Arifin, dizaman yang sudah serba digital ini pun antri BBM masih terjadi di sana sini. Kita berharap tentunya semua itu bisa segera berlalu...

    @guskar
    Yup sepakat Pak, seharusnya wilayah penghasil kekayaan bagi negara diperhatikan terlebih dahulu kesejahteraan masyarakatnya, jangan semua kekayaannya dikeruk dan hasilnya dibawa ke pusat.

    ReplyDelete
  5. @nakjaDimande
    Amiin, semoga Bundo..:) Tapi aku belum bisa memberikan apapun kepada kampung halamanku Bundo...

    ReplyDelete
  6. Rindu kampung halaman ya mba?
    meninggalkan kampung demi untuk mencari penghidupan yg layak dan memenuhi itu sah-sah aja mba...
    sudah jelas kan dikatakan " ALLAH tidak akan merubah nasib seseorang jika org tsb tidak ada keinginan untuk merubah nasibnya"
    Islam juga kan sangat menghargai orang yg mau bekerja keras, salut deh mba...
    sepertinya di pulauku juga mungkin bisa dikatakan sebagai daerah lumpung padi mba.. tapi malah indikasi kelaparan dan gizi buruk ditemukan di pulauku "Lombok" benar2 ironis ya mba?
    tanya mengapa bisa begini? heee...

    ReplyDelete
  7. Merdeka..........
    Salam sayang buat sahabat sebangsa dan setanah air...
    Merdeka!!!!!!

    ReplyDelete
  8. @mahardhikadewi
    Iya nih mba, lagi kangen berat ingin pulang...
    Yah begitulah nasib daerah pedalaman mba, jeritan kelaparan tak bisa terdengar, rintih kesakitan tak mampu "mereka" rasakan...

    Janji-janji perubahan tinggal janji manis penghias bibir di kala kampanye...Selepas itu, semua menghilang bagaikan air laut yang menguap di tengah teriknya panas mentari...
    Mengapa bisa begini?? mari kita tanya pada Doraemon dan Nobita *loh* he he he...

    @sambengan
    merdeka!! salam sayang juga untuk sampeyan dan sahabat2 semua...

    ReplyDelete
  9. jadi pengin pulang kampung,
    MERDEKA mbak....

    ReplyDelete
  10. Ah Antokoe, dirimu semakin membuat anganku melayang ke kampuangku nun jauh di mato:)
    Jadi teringat lagunya Ebiet G Ade nih (Aku Ingin Pulang):)

    Merdeka !!

    ReplyDelete
  11. Aku juga udah lama ga keriau terakhir januari 2004. Setiap kampung memang punya keindahan dan kekhasan masing-masing. Serang ya pernah juga kesana. tapi sepertinya panas dah disana de! iyakan. serang tuh yang ada kampus Sultang Ageng tirtayasa ya. sekarang berarti lagi di Rumah ni .iya. Kapan kita ngeliat sungai kuantan de ? kalo pacu jalur di sungai mana ya ,aku jadi lupa neeh. wah mau puasa biasanya pada mandi balimau neeh.

    Selamat berlibur.

    ReplyDelete
  12. ;)
    jadi pengen ke sana.
    *mupeng mode: on*

    ReplyDelete
  13. Saya bahkan masih tinggal di kampung halaman. sebuah desa yang saya sayangin.
    Alhamdulillah.....
    sudah ada aliran listrik meskipun terkadang padam hingga belasan jam.
    sudah bisa ngenet meskipun terkadang sangat lelet sekali.

    ReplyDelete
  14. Wah suka berjalan-jalan ke berbagai tempat ya kak? kok bisa tahu gitu siih...Di Serang emang panas kak, karena tidak begitu jauh dari pantai letaknya..Kampus Untirta (Ageng Tirtayasa) terletak di tengah kota dekat terminal Pakupatan.

    Hmmm, kakak tertarik mau lihat sungai Kuantan?? kapan kakak mau insyaAllah aku siap kok jadi guide nya, eiits tapi gak gratis ya he he:). Pacu jalur ya di sungai kuantan itu juga kak, tepatnya di Teluk Kuantan (ibu kota Kab Kuantan Singingi). Emang pernah lihat pacu jalur kak?

    Wah bener juga yah, sebelum puasa biasanya masyarakat mandi balimau. Kok kakak malah lebih ingat dari aku siiih, jadi malu:)

    ReplyDelete
  15. Salam D3pd untuk kampung halaman tersayang, ^_^...V merdeka

    ReplyDelete
  16. sip mantap toh, nice post, merdeka
    kampungku kampung yang indah
    ingin ku terbang kesana
    namun apa daya
    ku tak punya sayap
    salam kenal mbak rita

    ReplyDelete
  17. selamat malam sahabat...
    aku senang kamu menuliskan kearifan, keasrian serta (maaf) kekurangan kampungmu. Sama seperti blue yang tak akan pernah melupakan desaku sendiri. but aku yakin suatu saat peremajaan ekonomi dan bidang bidang lainnya akan sedikit ada perubahan di desamu ( taoi jangan semua berubah )
    selamat menikmati perayaan kemwerdekaannya yah sahabt
    salam hangat selalu

    ReplyDelete
  18. Mbak Rita,
    Saya juga orang kampung, bedanya, kampung saya di Jawa dan tak begitu jauh dari Ibukota kabupaten Jombang sehingga akses kekampung saya sudah baik. Listrik sudah masuk kampung beberapa puluh tahun yang lalu, demikian juga jalan kekampung sudah diaspal.

    Tahun 1960an ketika saya masuk SMP masih naik sepeda onthel sekitar 8 km, jadi pp 16 kali. Betapa kecilnya waktu saya SMP itu, kok ya kuat ya mengayuh sepeda onthol 8 km, belum ada listrik, belum ada aspal. Kalau panas jalan berdebu, kalau hujan becek dan nggak ada ojek.

    Pembangunan sebuah desa hakekatnya didanai dari negara yaitu pemda kabupaten. Nah, tergantung pemdanya dalam membagi kue pembangunan ya.

    Pulang kampung memang enak,menyenangkan dan selalu dirindukan. Saya dulu waktu di Kalimantan, nabung setahun, habis untuk pulkam.

    Sekarang kampung saya hanya berjarak 80 km dari Surabaya sehingga kapan saja bisa pulang kampung.

    jangan sedih ya mbak Rita, mudah2an kelak mbak Rita bisa jadi Gubernur atau minimal jadi Bupati agar pembangunan bisa menjangkau setiap kampung halaman.

    jangan nangis donk. Merdeka

    Salam hangat dari pakde yang orang desa masuk kota.

    ReplyDelete
  19. si anak hilang ingin pulang..
    posting yang membuat ku ingat akan kampung halaman nun jauh disana..di ujung dunia..
    11 tahun sudah ku tinggalkan..hiks hiks..

    ReplyDelete
  20. ungkapan yang penuh makna...

    semoga negeri ini akan selalu damai dan di maju kan oleh generasinya yang tetap menjunjung tinggi nilai moral dan semangat juang para pendahulu, para pahlawan pahlawan

    ReplyDelete
  21. ketika kita mengingat kampung disana, tentu ada kerinduan dalam hati kita.Bila rindu itu datang maka semangat membangun negri akan menjadi niat. dan bila di kampung kita saat ini masih belum berubah.maka wajiblah kita mengingatkan pemerintah kita.tuk memajukan kampungmu.

    De memang benar riau pernah menjadi PAD(pendapatan asli daerah tertinggi. Waktu aku diriau ya sekitar 8 bulan aku ke beberapa disana. aku baca dari Versi pemerintah 42% masyarakat riau di bawah garis kemiskinan Versi LSM 48% itu tahun 2002. Kalo salah mohon direvisi. Ya Benar memang masih miskin de, dan masih ada di pedalaman yang tak memakai baju.Sunguh memprihatinkan. ya memang seperti itu de. Gimana kalo pemilu 2014 engkau cadi CaleG disana de, mau ga? nanti diusulkan dah. mau mau ya.oke selamat sore

    ReplyDelete
  22. hummm... setuju sama usulannya ni yg di atas...
    jadi caleg aja kak...
    dan perjuangkanlah hak2 rakyat di kampung kakak..

    err.. terlalu utopis kah?

    ReplyDelete
  23. jadi kangen sama kampungku yang kondisinya mirip sekali dengan kampung halamanmu Mba Rita..hikss.. semoga arti dari merdeka benar-benar bisa dirasakan kaum pedalaman ya Mba..

    -salam- ^_^

    ReplyDelete
  24. @algristian
    Marii Fid, ditunggu kedatangannya:)

    @alamendah
    Alhamdulillah bersyukur mas bila kondisi desa nya seperti itu, meski masih tetap ada kekurangan di sana sini...

    @dykapede
    Salam juga buat kampung halaman mu mas:) merdeka!

    @heru
    terima kasih mas, semoga bermanfaat...
    Yah kalo gak punya sayap, kan bisa pake sayap besi mas:) Yah semoga kangenmu bisa terobati dengan membaca tulisan ini, he he nda nyambung yak:)

    @bluethunderheart
    Yup aku yakin mas, insyAllah tidak ada yang bisa melupakan kampung halamannya.
    Amiin semoga perubahan itu tidak lama lagi mas, optimis kalo kata Bundo:)

    @Pakde Cholik
    Wah berarti kampung Pakde sudah sangat jauh lebih maju dari kampung saya dunk ya, bersyukur PAkde...Tapi yah memang itulah salah satu perbedaan kampung-kampung di daerah Sumatera dan di Jawa Pakde, kalau di jawa perkembangannya lumayan pesat, jauh di atas kondisi kampung2 di Sumatera...

    Hal ini tampak begitu jelas ketika saya pernah berjalan melalui jalan darat dari merak ke Lampung, wuuuiih!!! bagaikan langit dan bumi. Ketika saya masih berada di Merak, kondisi yang begitu ramai, komplek perkantoran dan pabrik terasa disana sini, lampu berkelap kelip menambah keindahan suasana malam. Lalu ketika saya sampai di Lampung, semua pemandangan itu berubah 180 derajat. Sepi, gelap karena lampu hanya satu-satu dan kita bagaikan berada di tengah hutan...

    Aku gak nangis kok Pakde, cuma mewek dikiiit he he he...:) Salam hangat juga Pakde.

    @ujung dunia
    Ayooo, mari mari kita pulang...:)
    kita coba amati perkembangan kampung kita, dan mulai berfikir apa yang bisa kita berikan untuk kampung tercinta *sambil mikir nih apa yg bisa saya berikan untuk kampung halaman saya*..

    @zulhaq
    Amiin semoga negeri ini akan selalu damai, dan semoga generasi penerus diberi kekuatan untk meneruskan perjuangan para pahlawan..

    @kawanlama95
    Jadi Caleg???? duh gak pernah terfikir deh:)
    Tapi patut untk dipertimbangkan tuh kak hehe...

    @yoan
    iya Yo, mungkin agak terlalu muluk kali ya...Tapi kan gak musti menunggu jadi Caleg dulu kalau ingin berbuat sesuatu untuk kampung halaman, iya toh:)

    @riez1929
    wah tulisan ini jadi membuat banyak sahabat yang kangen kampung halaman nih, kalau begitu bagaimana jika kita pulang kampung bareng he hehe...

    ReplyDelete
  25. gwgw suka ama suasana pedesaan yg sepi,adem, tenang dan tentram. bikin gw perasaan jadi nyaman..

    ReplyDelete
  26. merdeka juga...
    sama ..aku juga orang kampung yang tapi udah da listrik dan tidak terlalu jauh dari kota..ya..moga diperhatikan pemerintah yaw...

    merdeka...

    ReplyDelete
  27. Merdekaaaaaaaa.. kadang sejujurnya kegiatan di kampung itu jauh lebih Manstaaaabbbsss

    salam sayang

    ReplyDelete
  28. Saya mengucapkan SELAMAT menjalankan PUASA RAMADHAN.. sekaligus Mohon Maaf Lahir dan Bathin jika ada kata kata maupun omongan dan pendapat yang telah menyinggung atau melukai perasaan para sahabat dan saudaraku yang kucinta dan kusayangi.. semoga bulan puasa ini menjadi momentum yang baik dalam melangkah dan menghampiriNYA.. dan menjadikan kita manusia seutuhnya meliputi lahir dan bathin.. meraih kesadaran diri manusia utuh..

    Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabat Sahabatku terchayaaaaaank
    I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll

    ReplyDelete
  29. de posting donk tentang meyambut romadhon di kampungmu di kuantan ato yang di serang. bolehkan ,itupun kalo sempat ya.

    ReplyDelete
  30. Kebetulan saya bekerja di perusahaan yang ada kaitannya dengan 'mengobok-obok' sumber daya alam. Riau adalah salah satu proyek yang pernah kami kerjakan, walopun saya tidak ikut team (krn project di Riau dikerjakan saat Saya masih SMP :D). Memang, kadang terjadi semacam ironi ttg yang satu ini, ke depan, semoga ada kebijakan nyata untuk memeperbaiki salah satu yang Mbak keluhkan.

    ReplyDelete
  31. umur 6 tahun sudah merantau? kok seperti anak ajaib ya? :D

    itulah ironi di negeri ini. daerah yang kaya sumber alam, belum tentu masyarakatnya juga hidup terjamin dan berkecukupan. contohnya juga di mimika papua, belitung, dll. mudah-mudahan momen kemerdekaan ini menyadarkan kita untuk bisa memanfaatkan kekayaan kita untuk kemakmuran bangsa kita sendiri...bukan orang lain yang menikmati.

    merdeka!!!

    ReplyDelete
  32. Mbak Rita, saya mohon maaf lahir bathin atas segala kata2 yg kurang berkenan.
    Selamat menunaikan ibadah shaum.
    Semoga Allah swt meridhai amal ibadah kita, amin.
    Salam.

    ReplyDelete
  33. @gwgw
    Wah benar sekali mas, aku juga suka banget dnegan suasana alam di pedesaan, benar-benar bikin nyaman deh pokonya:)

    @noersam
    Yah bersyukurlah kalau keadaan kampung kita lebih baik, karena ternyata masih begitu banyak kampung yang nasibnya mungkin jauh tertinggal dari yg saya rasakan.

    @KangBoed
    Iya betul Kang, kalau kita bisa memanfaatkan sumber daya yg ada di kampung, maka laksana hidup seperti di surga dunia:).
    Saya juga minta maaf ya Kang atas semua khilaf yg tak disengaja. I luv u Fullllllll.

    @kawanlama95
    InsyaAllah kalau sempat kak:)

    @sakurata
    Wah masih SMP udah mulai ikut2 ngerjain proyek:), proyek apaan tuh mas:). Yah kita berharap semoga ke depan ada kebijakan yang benar-benar bijak untuk memperjuangkan keadaan rakyat.

    @gerrilya
    he he iya nih mas anak ajaib dari Kuantan:)
    Iya, itulah realita yg ada mas, daerah penghasil kekayaan bagi negara biasanya justru yg paling sengsara, dan terabaikan.

    ReplyDelete
  34. @bundadontworry
    sama2 Bund, saya juga mohon maaf bila ada kata2 yg kurang berkenan...

    ReplyDelete
  35. Liad Judulnya aq kira anak Malang..
    wkwkwwk
    Lam kenal..
    Visit Back

    ReplyDelete
  36. kita berikan yang terbaik semampu kita... bangun optimisme

    ReplyDelete
  37. bu rita...

    ini mah cerita mengenai awal mulanya lahir d dunia. so sweet... tempatnya kayakny menarik de. kpn2 ajk dunks maen2 kesana...

    ReplyDelete
  38. sore sahabat............
    salam hangat selalu

    ReplyDelete
  39. marhaban yaa ramadhan
    selamat menunaikan ibadah puasa
    mohon maaf lahir dan bathin

    ReplyDelete
  40. @gerlnich
    Salam kenal juga Nich:) Duh dirimu pasti dari Malang Yak:)

    @arifin
    yup sepakat sob:)

    @wie_ing27
    emang betul Bu, boleh kalau mau main ke sana ntar kapan2 diajak deh:)

    @bluethunderheart
    sore juga mas Blue, salam hangat:)

    @heru
    Maaf lahir batin juga mas Heru...

    ReplyDelete
  41. mohon maaf kalo ada salah salah coment semoga dengan permintaan maaf ini allah swt menyempurnakan puasa kita...amin..! thanks

    ReplyDelete
  42. Mbak..
    Selamat menunaikan Ibadah Puasa ya :)

    ReplyDelete
  43. selamat menjalankan ibadah puasa mba' :) maaf OOT

    ReplyDelete
  44. marhaban ya Ramadan.
    Sambut dengan kebersihan hati untuk menggapai kemenangan hakiki

    ReplyDelete
  45. Assalamualaiku,

    Ketika itu menjadi sebuah kenangan ,maka sebuah intropeksi dalam meyambut romadhon .pamit ya. mau Ke Cianjur neeh.tapi nanti seeh .Mau ziarah dulu ya. Sabar aja ya.

    kata rita sabar apa neeh. 088xxxxx

    ReplyDelete
  46. Kalu boleh klarifikasi sedikit, Rita. Nama kabupaten itu dulunya bukan "Rengas", tapi "Inhu" (Inderagiri Hulu), ibukotanya yang namanya Rengat. Kata "Rengat" berasal dari sebuah pohon yang bernama "Rengas", yang banyak terdapat di daerah itu. Sekarang, kabupaten Inhu sudah dipecah dua, menjadi Kab. Inhu dan Kab. Kuantan Singingi (Kuansing). Entahlah kalau saya yang salah, Rita. Hehehe... :) Nice story, Rita... Sebuah Back Imagination yang mengagumkan...

    Oh, ya... Beasiswa MABIN itu untuk seluruh kabupaten yang ada di Propinsi Riau, termasuk Inhu tentunya. Tahun depan, Rita boleh sampaikan usulan bagi adik2 kita mahasiswa dari sana. Tentunya akan menjadi pertimbangan yang bagus. Ditunggu kabar dari Rita selanjutnya.... :) Hubungi abang di email atau di facebook... Trims...

    ReplyDelete
  47. ………………….._,,-~’’’¯¯¯’’~-,,
    ………………..,-‘’ ; ; ;_,,---,,_ ; ;’’-,…………………………….._,,,---,,_
    ……………….,’ ; ; ;,-‘ , , , , , ‘-, ; ;’-,,,,---~~’’’’’’~--,,,_…..,,-~’’ ; ; ; ;__;’-,
    ……………….| ; ; ;,’ , , , _,,-~’’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ¯’’~’-,,_ ,,-~’’ , , ‘, ;’,
    ……………….’, ; ; ‘-, ,-~’’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;’’-, , , , , ,’ ; |
    …………………’, ; ;,’’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;’-, , ,-‘ ;,-‘
    ………………….,’-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;’’-‘ ;,,-‘
    ………………..,’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;__ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘-,’
    ………………,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;,-‘’¯: : ’’-, ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; _ ; ; ; ; ;’,
    ……………..,’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;| : : : : : ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ,-‘’¯: ¯’’-, ; ; ;’,
    …………….,’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘-,_: : _,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; | : : : : : ; ; ; .|
    ……………,’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ¯¯ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;’-,,_ : :,-‘ ; ; ;|
    …………..,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ,,-~’’ , , , , ,,,-~~-, , , , _ ; ; ;¯; ; ; ; ; ;|
    ..…………,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;,’ , , , , , , ,( : : : : , , , ,’’-, ; ; ; ; ; ; ; ;|
    ……….,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;’, , , , , , , , ,’~---~’’ , , , , , ,’ ; ; ; ; ; ; ; ;’,
    …….,-‘’ ; _, ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘’~-,,,,--~~’’’¯’’’~-,,_ , ,_,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘,
    ….,-‘’-~’’,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; | ; ; | . . . . . . ,’; ,’’¯ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ,_ ; ‘-,
    ……….,’ ; ;,-, ; ;, ; ; ;, ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘, ; ;’, . . . . THAT'S JUST WRONG---‘’’
    ………,’-~’ ,-‘-~’’ ‘, ,-‘ ‘, ,,- ; ; ; ; ; ; ; ; ‘, ; ; ‘~-,,,-‘’ ; ,’ ; ; ; ; ‘, ;,-‘’ ; ‘, ,-‘,
    ……….,-‘’ ; ; ; ; ; ‘’ ; ; ;’’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘’-,,_ ; ; ; _,-‘ ; ; ; ; ; ;’-‘’ ; ; ; ‘’ ; ;’-,
    ……..,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;¯¯’’¯ ; ; ; ; ; ; ; ; , ; ; ; ; ; ; ; ; ;’’-,
    ……,-‘ ; ; ; ; ; ; ; ,, ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; |, ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ‘-,
    …..,’ ; ; ; ; ; ; ; ;,’ ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;|..’-,_ ; ; ; , ; ; ; ; ; ‘,

    ReplyDelete
  48. @angga chen
    sama-sama mas angga, mohom maaf juga jika ada kata yang kurang berkenan ya...

    @bocahbancar
    selamat menjalankan ibadah puasa juga Joe, mohon maaf lahir batin

    @opung chikal
    selamat menjalankan ibadah puasa juga opung:)

    @alamendah
    marhaban ya ramadhan, mohon maaf lahir batin ya mas..

    @kawanlama95
    Wah ada yang mau ke Cianjur nih, inget bawa oleh2 ya:). Semoga Bapak kakak senantiasa disayang oleh ALLAH, amiin

    @Khery Sudeska
    Alhamdulillah, terima kasih Bang atas koreksinya..Iya bener, baru Ita inget,
    Rengat itu kan nama ibu kota Kabupatennya ya.
    Itulah salah satu fungsi teman ya, untuk saling mengingatkan dan memberikan koreksi, sekali lagi trm kasih Bang:).

    Waah senangnya ternyata untuk semua propinsi ya, oke deh Bang insyaALLAh ntar Ita contact2 abang ya:) Makasih nih...

    @Remba
    btw itu gambar apaan ya Remba?? terima kasih sudah mau mampir...

    ReplyDelete
  49. Dibalik kesukaran... ada kemudahan
    Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan
    Juga salam kenal
    Salam Hangat

    ReplyDelete
  50. @agoesman120
    Yup betul sekali Sob, dibalik kesukaran ada kemudahan:)
    Selamat menjalankan ibadah puasa juga ya...
    Salam kenal kembali...

    ReplyDelete
  51. mampir di tengah perjalanan , sebuah pencarian persahabtan yang hakiki

    ReplyDelete
  52. Sebuah pertemanan yang dijalin dari hati dan karena NYA, insyALLAh akan melahirkan persahabtan yang hakiki...

    ReplyDelete
  53. Merdeka....
    Salam sayang buat sahabat sebangsa dan setanah air...
    sekaligus met puasa..!!! udah saur?!?!?

    ReplyDelete
  54. @genial
    Met puasa juga, alhamdulillah sudah saur sahabat:)

    ReplyDelete
  55. Wadowwww ... sekampung kita rupanya ...
    Rita lahir di Rengat atau Pulau Rengas (pulow rongae...? :) sebelah mana Baserah..?(Basorah)

    Rita benar..? Riau itu kaya raya ... kalaulah hasil alamnya digunakan untuk Riau sendiri..?
    Pripinsi itu akan mirip Kuwait makmurnya... Anak negeri tidak perlu merantau kengeri orang ...(kek kita ini)... tetapi orang2 dari tanah jawa ini ... yang berdatangan kesana..!

    Rita ... kita jangan berkecil hati... itu garis tangan kampung kita ...
    Saya ikhlas ... kalau tidak begitu mungkin saya tidak terdampar di Betawi ini... :D

    ReplyDelete
  56. Whaaah, nemu orang sekampung nih di rimba Jakarte:). Aku lahir di Pulau Ronge Bang, tapi kalau di akte kan pake nama ibukota Kab, jadi tulisnya di Rengat:). Abang kampungnya di Baserah ya?...

    Iya, memang sih harus ikhlas, tapi beneran geram aja jadinya kalau kita melihat kondisi masyarakat di perkampungan sana...Tapi tetap harus semangat!! mudah-mudahan one day ada sesuatu yang bisa diperbuat meski itu hanya sebesar biji zarrah.

    ReplyDelete

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin