Tuesday, July 14, 2009

KDRT bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja (Bag.1)

Pada suatu malam beberapa hari yang lalu saat saya melakukan perjalanan dari Merak ke Jakarta, saya melihat sebuah peristiwa yang sangat mengerikan dan sekaligus memalukan!. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari kekerasan di dalam rumah tangga yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya. Bagi sebagian orang, mungkin kasus ini hanya sekelumit cerita yang biasa terjadi, tetapi karena hal itu benar-benar terjadi langsung di depan muka saya, saya menilai bahwa itu sungguh sebuah ”pertunjukkan” di depan khalayak yang sangat ironis dan menakutkan!.

Peristiwa tersebut berawal ketika saya melihat seorang laki-laki yang tengah menggendong anak kecil yang sedang terlelap masuk ke dalam bis bersama seorang wanita, laki-laki itu duduk persis pada barisan di depan tempat duduk saya, dan di sebelahnya duduk seorang laki-laki yang juga sedang memangku anaknya. Sementara wanita yang datang bersama laki-laki tadi (saya menganggap bahwa dia adalah istri nya) duduk persis pada barisan di belakang tempat duduk saya, karena pada waktu itu sudah tidak terdapat lagi dua kursi kosong dalam satu baris, jadilah suami istri tersebut duduk secara terpisah. Tidak berapa lama kemudian bis pun melaju kencang menerjang sunyi nya malam, pada waktu itu bis baru bergerak dari Merak menuju Jakarta sekitar pukul 10 malam. Wuiih, sebuah perjalanan yang cukup mencekam karena sebagian besar penumpang di dalam bis itu adalah kaum adam, sementara saya wanita dan sendirian pula, tapi yah perjalanan harus tetap dilanjutkan seberapa pun besarnya rasa takut dan khawatir saya pada malam itu.

Tepat pada saat bis berhenti di terminal Pakupatan untuk ngetem (baca: mencari calon penumpang), anak yang berada di pangkuan laki-laki yang duduk di depan saya terbangun dan menangis dengan histeris, kemungkinan besar karena dia merasa kepanasan karena memang bis yang kami tumpangi pada saat itu bukan bis ber-AC, tetapi bis kelas ekonomi sekali he he he he...(terserah deh anda mau menafsirkan seperti apa ekonomi nya bis tersebut). Melihat anaknya menangis sang ayah (seperti biasanya sikap sebagian besar seorang suami dalam merespon ketika anak mereka menangis) dengan serta merta menyerahkan anak tersebut kepada istrinya agar sang istri bisa segera memberikan rasa nyaman dan mendiamkan tangisan anak nya. Lalu tidak berapa lama kemudian sang anak pun diam dan sudah terlelap kembali, yah memang pangkuan dan dekapan seorang ibu itu penuh dengan kedamaian dan kehangatan yang menurut saya hingga kapan pun tidak akan pernah ada yang bisa menggantikannya (hikz...jadi kangen almarhumah ibu...).

Selang beberapa waktu bis pun kembali melaju, bersaing dengan kecepatan para penumpangnya yang saat itu tengah melaju menuju alam mimpi mereka masing-masing. Dan setelah saya perhatikan entah kenapa suami-istri tadi bertukar tempat duduk, sang suami duduk di barisan di belakang tempat duduk saya, dan sebaliknya istrinya duduk pada barisan di depan tempat duduk saya, persis di sebelah seorang laki-laki yang sedang tidur dan saat itu juga tengah memangku anaknya yang tengah terlelap. Entah kenapa tidak seperti biasanya, dalam perjalanan itu mata saya tidak mau tidur meskipun sebenarnya tubuh ini sudah sangat lelah karena telah berjalan hampir seharian. Yah mungkin memang rasa khawatir dan takut telah membuka mata saya selebar-lebarnya, hingga saya pun melihat ”pertunjukkan” yang memalukan itu.

Lambat laun sambil memangku anaknya sang istri pun mulai terlelap. Semakin lama nampaknya sang istri betul-betul semakin lelap dalam tidurnya, sehingga dia tidak lagi bisa mengontrol pergerakan kepalanya mengikuti pergerakan bis yang terkadang bergerak ke kanan dan ke kiri. Sehingga akhirnya kepala istri tadi miring ke kanan dan berdempetan dengan kepala laki-laki lain yang berada di sebelah wanita itu. Terus terang saya sendiri merasa ”risih” melihat pemandangan seperti itu, tapi yah namanya juga orang yang sedang tidur, pasti dia tidak menyadari akan sikap tubuhnya pada saat itu. Di tengah rasa risih tersebut saya dikagetkan dengan tindakan tiba-tiba si suami dari belakang tempat saya duduk, sambil berdiri dia memukul (dengan cukup keras menurut penglihatan saya) kepala istrinya sembari bergumam yang saya sendiri tidak begitu jelas apa isinya. Sumpah!, saya kaget sekali dengan tindakan suami yg tidak beradab tersebut. Terus terang saya tidak bisa menerka apa motif dari si suami melakukan hal itu, apakah karena cemburu atau kah karena dia tidak mau istrinya mengganggu ketenangan orang lain, saya benar-benar tidak tahu. Namun sang istri ternyata benar-benar sangat lelap dalam tidurnya, sehingga dia tidak menyadari bahwa suaminya telah memukul kepalanya, wanita itu hanya setengah terbangun lalu berusaha menggeser kepalanya untuk menjauh dari kepala laki-laki lain tersebut.

Tidak berapa lama kemudian kepala sang istri tadi kembali menuju posisi miring ke kanan mendekati kepala laki-laki lain di sampingnya, saya yakin si suami pada saat itu juga sedang mengamati istrinya. Sejujurnya di dalam hati saya sangat berharap bahwa si suami akan menghampiri sang istri dan membangunkannya dengan cara yang sopan dan lebih beradab. Tetapi jauh panggang dari api, dengan penuh emosi ternyata si suami malah menjambak sejumput rambut istrinya. Duh buluh kuduk saya merinding dan merasa sangat takut melihat ”pertunjukkan” memalukan itu. Begitu seterusnya hal itu terjadi berulang kali di depan mata saya, saya bingung kenapa si istri kok tidak terbangun juga. Yah mungkin karena kelelahan dan rasa kantuk yang luar biasa sehingga dia bisa mengabaikan tindakan kasar yang dilakukan sang suami kepada dirinya, atau juga mungkin karena perlakuan seperti itu memang telah biasa ia terima di dalam kesehariannya, entahlah...

Bersambung ke Bagian 2.

2 comments:

  1. sebuah pemaparan yang luar biasa,bahasanya enak dan mudah di cerna. pengamatan yang tajam .mungkin kalau saja ade bisa mendegar kata-kata sang ibu tadi maka bagiku sempurna.
    de pake bus ekonomi gpp lagi. malah lebih asik kan di kantor udah ac . met malam ya

    ReplyDelete
  2. Ah kakak berlebihan deh:), amiin, mudah2an seperti itulah adanya tulisan ini...
    He he iya kadang naik bus ekonomi asik juga sih, cuma kalau siang hari gak nahan gerahnya itu loh..Met malam juga...

    ReplyDelete

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin